Warna kemeriahan menjadi kelabu. Dia yang sungguh mulia, kini dielu-elukan dengan suara nyaring, “Salibkan Dia!” Mengapa manusia begitu cepatnya memuja Dia lalu berbalik menyalibkan Dia? Apakah sejatinya kita adalah pribadi yang rapuh? Sehingga tiap gerakan dan tindakan yang kita lakukan hanya mengalir seperti air yang tidak tahu mau bergerak ke mana dan hanya mengikuti gerak ruang dan waktu?
Sahabat Jumat Podcast, kita adalah manusia yang lemah namun dicintai. Melalui monolog karya Frater Escriva Pamungkas, kita diajak untuk sejenak mengunjungi kembali peristiwa-peristiwa dimana mata hati kita tertutup sehingga mengakibatkan penderitaan bagi orang lain atau diri kita sendiri. Mari memantaskan diri untuk menerima penebusan Tuhan di kayu salib dengan niat untuk memperbaiki diri. Instrumental
Summit - by Jonny Easton (https://youtu.be/ZH5B_C8r9Dk)