Punggung kita senantiasa berhadapan dengan maut yang terbentang sebagai bayangan. Ia selalu ada sejak hari pertama tangis kita memecah udara. Semakin jauh kita melangkah, menjauhinya, semakin kita sadar bahwa ajal tak bisa disangkal. Faktisitas ini menjengkelkan. Hidup tampak seperti hoaks. Untuk apa hidup kalau pada akhirnya harus jadi santapan bernga di bawah tanah dan menjelma fosil yang menjadi bahan bakar di knalpot seseorang ribuan tahun kemudian.
Demi itu, kita membuat epos kepahlawanan. Heroisme, ujar Ernest Becker, ialah refleks alami manusia pada ketakutan akan kematian. Heroisme adalah cikal bakal agama, budaya, kehendak berkuasa, dan penerimaan sejati lewat mantera “memento mori”. Heroisme merupakan upaya menciptakan diri konseptual seusai diri fisikal terkubur, menciptakan kekekalan yang tak terbatasi kepunahan biologis: proyek Gilgamesh.
Becker adalah salah satu psikolog dan eksistensialis terbaik kita. Pada 1973, bukunya berjudul “Denial of Death” menerima Pulitzer Prize. Buku itu adalah upaya heroik Becker mengekalkan diri konseptualnya ke dalam teks, yang mengajari kita bahwa mempelajari kematian membuat kita lebih bergairah menjalani hidup.