(10 November 2019)
Romo Antonius Adrian Adiredjo, OP
[Bacaan Injil : Lukas 20 : 27 - 38
(Hari Minggu Biasa ke-32)]
Dalam bacaan hari ini, kita diingatkan bahwa ada hidup sesudah kematian. Injil mengatakan bahwa Yesus menentang Orang Saduki yang tidak percaya akan adanya kebangkitan. Sebagai manusia kita tidak dapat melihat akan adanya hidup setelah kematian, tetapi melalui mata iman dan kepercayaan kepada Kristus kita dapat melihatnya. Kematian bukan akhir dari segalanya karena hidup bersifat kekal dan tidak akan pernah mati. Di dunia kita menerima anugerah dari Tuhan, tetapi setelah melewati gerbang kematian hidup kita semakin disempurnakan dengan kelimpahan rahmat Allah. Kebahagiaan surgawi berbeda dengan kebahagiaan duniawi yang sifatnya hanya sementara. Di surga kita merasakan kebahagiaan yang sifatnya kekal karena kita telah dipersatukan dengan Allah dalam ikatan kasih. Ketika kita ikut serta dalam kasih Allah, maka hari demi hari kita akan semakin menyerupai Allah. Artinya, kita dapat mengasihi sesama dan Allah tanpa harus ada sebuah ikatan, seperti suami istri. Hidup berkeluarga sebagai suami dan istri merupakan kesempatan dalam mempersiapkan untuk masuk dalam gerbang kematian. Kita harus dapat mohon pengharapan, iman, dan kasih dalam menjalin hubungan suami istri agar dapat hidup dalam kasih Allah. Hidup bersama Tuhan merupakan suatu rahmat dan kita akan merasakan kelimpahan rahmat tersebut. Ini merupakan suatu hal yang penting karena ketika kita telah merasakan kelimpahan rahmat Tuhan, hal-hal yang kita rasakan yang bersifat duniawi akan terasa tidak penting. Inilah hal yang perlu kita sadari agar dapat mempersiapkan diri dari sekarang untuk masuk Kerajaan Surga.