(15 Maret 2020)
Romo Antonius Adrian Adiredjo, OP
[Bacaan Injil : Yohanes 4 : 5 - 42
(Hari Minggu Prapaskah ke-3)]
Pada bacaan injil yang cukup panjang ini, kita mendengar percakapan antara wanita Samaria dengan Yesus. Dari sini kita melihat, wanita Samaria yang dulunya hidup terisolasi tetapi sekarang dia bisa merayakan hidupnya. Yesus bertemu dengan wanita Samaria tersebut di sumur pada siang hari. Biasanya orang-orang mengambil air ke sumur pada saat pagi atau malam hari, tetapi wanita Samaria mengambil air pada siang hari, karena ia ingin menghindari orang-orang yang mengetahui tentang latar belakangnya. Artinya, wanita ini hidupnya terisolasi karena ia hidup bersama pria yang bukan suaminya dan sudah memiliki lima suami. Ini bukan suatu hal yang mudah karena wanita ini takut, jika orang-orang disekitar membicarakan dia bahkan menjauhinya. Di zaman sekarang kata isolasi identik dengan virus corona yang sedang terjadi sampai saat ini. Ketika seseorang terisolasi atau terkena dengan gejala virus corona, maka orang tersebut akan menjauhinya karena ada perbedaan. Tanpa disadari kita telah menyingkirkan orang lain bahkan telah memenjarakan diri kita sendiri. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain rasa takut, malu atau bahkan akibat pahitnya masa lalu yang telah dialami. Dibalik semuanya itu, yang terpenting jangan sampai hidup kita terisolasi, karena manusia mendambakan hubungan yang hangat dengan sesamanya. Apa yang telah dilakukan Yesus terhadap wanita Samaria merupakan suatu hal yang luar biasa. Yesus meminta air dari wanita itu, karena Ia ingin memulai percakapan dengan wanita tersebut. Percakapan tersebut yang akan mengubah hidup wanita Samaria tersebut. Yesus telah menyentuh hati wanita itu melalui apa yang telah Ia lakukan, karena ketulusan hati-Nya. Dimasa Prapaskah ini, jangan sampai kita mengisolasi hati kita sendiri, karena orang yang terluka adalah mereka yang membutuhkan bantuan orang lain. Disisi lain, orang yang membutuhkan bantuan tersebut harus mau membuka hati agar menerima bantuan orang lain. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan membuka hati terhadap sentuhan Tuhan sehingga Ia dapat berkarya, sama seperti apa yang terjadi pada wanita Samaria. Hal yang perlu diingat bahwa kita dapat menjadi Kristus bagi orang lain, maka jangan sampai kita hanya melihat dari sebuah perbedaan yang membuat orang lain dapat terisolasi. Meskipun ada perbedaan, tetapi kita memiliki banyak persamaan satu sama lain yaitu berasal dari ciptaan Tuhan yang paling indah dan menjadi alat Allah untuk mewartakan karya Allah. Perlu diingat bahwa Yesus merupakan satu-satunya sumber kahangatan, karena dari Dia lah kita mendapatkan jawaban dari segala kehausan dalam hidup kita. Hal ini terbukti ketika wanita Samaria bercakap-cakap dengan Yesus, yang telah merubah segalanya karena kasih yang telah Ia berikan.