(18 Agustus 2019)
Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP
[Bacaan Injil : Lukas 1 : 39 - 56
(Hari Raya Maria Diangkat ke Surga)]
Hari ini Gereja merayakan hari raya Maria Diangkat ke Surga. Berakar dari kitab suci dan tradisi, Gereja dengan kuat percaya bahwa Maria diasumsikan ke dalam tubuh dan jiwa di surga setelah dia menyelesaikan hidupnya di bumi ini. Keyakinan ini terkristalisasi dalam bentuk Dogma atau ajaran tertinggi Gereja. Namun, kita salah jika kita berpikir bahwa semua Dogma adalah tentang kebaikan Maria. Ketika kita merayakan Dogma-Maria, kita tidak hanya memuji bahwa Maria itu baik, lembut, dan suci, tetapi ini terutama tentang Tuhan dan bagaimana kita berterima kasih kepada Tuhan atas rahmat-Nya yang tercurah kepada Maria. Melihat Maria, kita berterima kasih kepada Tuhan atas rahmat-Nya yang tercurah kepada dia dan keajaiban-keajaiban yang dilakukan padanya. Dalam Injil hari ini, kita mendengarkan kidung Maria yang secara tradisional disebut Magnificat [Luk 1:46 dst]. Dalam kidung tersebut, Maria memuji Tuhan atas perbuatan-perbuatan besar yang telah dilakukan-Nya kepadanya dan Israel. Maria sendiri mengakui siapa dirinya, “hamba Tuhan yang rendah.” Dia tidak pernah membiarkan kesombongan masuk ke dalam benaknya, tetapi sebaliknya, dia memilih untuk mengakui apa yang telah Tuhan lakukan kepadanya bahwa “Tuhan telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadanya.” Maria menyadari bahwa dia bukan apa-apa tanpa Tuhan. Dogma Maria diangkat ke surga dan juga dogma-dogma Maria yang lain yang sudah dijelaskan diawal menunjuk kepada Maria sekaligus menunjuk kepada Tuhan. Mengikuti teladan Maria, kita dipanggil untuk menjadikan hidup kita sebagai rambu yang menunjuk kepada Allah. Tetapi lebih dari sekadar rambu-rambu yang pasif, kita perlu belajar untuk secara aktif meningkatkan kemuliaan dan belas kasihan Tuhan melalui hidup kita.