(14 April 2019)
Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP
[Bacaan Injil : Lukas 23 : 1 - 49
(Hari Raya Minggu Palma)]
Salah satu karunia terbesar bagi umat manusia adalah memori. Ini memberi kesadaran akan identitas kita. Memori tidak hanya memungkinkan kita terhubung dengan diri kita sendiri, tetapi juga menghubungkan kita dengan orang lain. Kita dapat mengenali orang tua, saudara, dan teman-teman karena kita dapat mengingat semua hal baik yang kita terima dari mereka. Ingatan kita akan membentuk siapa kita. Salah satu keunikan manusia adalah bahwa kita tidak hanya memiliki ingatan individu, tetapi kita memiliki ingatan bersama. Ingatan bersama ini diturunkan dari generasi ke generasi, dan ini membentuk identitas kelompok. Kita umat Kristiani berbagi memori inti dan fundamental yang sama. Minggu Palma atau Yesus yang memasuki kota Yerusalem menandai dimulainya drama Injil yang paling penting, drama Pekan Suci. Memori ini begitu penting bagi pengikut Yesus perdana sehingga episode ini direkam dalam keempat Injil dengan sangat rinci (Mat 21: 1-11, Markus 11: 1-11, dan Yohanes 12: 12-19), meskipun dengan beberapa tekanan berbeda. Kita bahkan dapat mengatakan bahwa Pekan Suci terutama Perjamuan Terakhir, Kisah Sengsara, Wafat dan Kebangkitan adalah memori inti dan mendasar dari setiap orang Kristiani sejati. Inilah mengapa Gereja merayakan Pekan Suci setiap tahun bukan karena ia hanya ingin mengadakan acara besar, tetapi perayaan ini menghubungkan kembali kita dengan memori inti yang menjadikan kita sebagai orang Kristiani. Namun, kita tidak hanya mengingat peristiwa masa lalu, dan kita bukan hanya sekedar penonton. Melalui kekuatan liturgi, kita menghidupkan kembali kisah-kisah mendasar tentang Yesus Kristus. Bersama dengan Kristus, kita memasuki Yerusalem. Bersama-sama dengan Dia, kita merayakan Perjamuan Terakhir. Bersama-sama dengan Dia, kita dianiaya, disalibkan dan mati. Bersama-sama dengan Dia, kita dimakamkan di makam yang gelap. Dan bersama-sama dengan Dia, kita dibangkitkan dari kematian. Namun, itu adalah pilihan kita untuk mengikuti-Nya atau melawan-Nya: untuk menjadi orang-orang yang berseru “Hosanna” atau orang-orang yang berteriak “Salibkan Dia”; untuk menjadi seorang murid yang berjalan di jalan salib atau murid-murid yang melarikan diri dari-Nya; untuk disalibkan bersama Yesus atau untuk menyalibkan Yesus. Sekarang hanya pengikut Yesus yang benar yang dapat bersama-sama dengan Yesus dibangkitkan dari kematian. Pekan Suci adalah waktu kita untuk membuat pilihan untuk mengikuti Yesus atau untuk melawan Dia.