Listen

Description

(03 Mei 2020)

Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

[Bacaan Injil : Yohanes 10 : 1 - 10

(MInggu Paskah ke-4)]

Hari ini adalah hari Minggu Paskah keempat dan biasa juga disebut sebagai Minggu Gembala yang Baik. Bacaan Injil berbicara tentang Yesus yang memperkenalkan diri-Nya sebagai pintu gerbang domba dan juga Gembala yang Baik. Mazmur tanggapan diambil dari mazmur 23 yang menyatakan bahwa “Tuhanlah gembalaku.” St. Petrus dalam Suratnya mengatakan bahwa kita adalah domba-Nya yang hilang, tetapi sekarang telah kembali kepada Yesus sang Gembala [lih. 1 Pet 2:25]. Injil Yohanes tidak memiliki perumpamaan seperti ketiga Injil lainnya, tetapi Yohanes memiliki hal lain, dengan memberikan pernyataan “AKU ADALAH”. Pernyataan tersebut mengungkapkan cara-cara istimewa Yesus berhubungan dengan kita para murid-Nya. Jika Yesus adalah roti kehidupan, kita tidak dapat hidup tanpa memakan Dia. Jika Dia adalah terang, kita tidak dapat melihat dan menemukan jalan pulang. Ketika Yesus menyatakan bahwa Dia adalah pintu domba dan gembala yang baik, ini mengasumsikan bahwa Yesus memperlakukan kita sebagai domba-Nya. Pertanyaannya adalah mengapa domba? Domba bisa bermanfaat juga sebagai hewan ternak. Daging domba adalah salah satu daging terbaik, dan wolnya bisa menjadi kain mahal. Tetapi, apakah Yesus menganggap kita sebagai domba karena kegunaannya? Manusia telah memelihara domba sejak sepuluh ribu tahun. Di Palestina pada zaman Yesus, domba adalah hewan yang sangat umum, sehingga tidak sulit bagi Yesus untuk mengamati kehidupan gembala dan kawanan ternaknya. Apa yang membuat domba berbeda dari kambing adalah bahwa domba tidak memiliki mekanisme pertahanan diri. Kambing di sisi lain dilengkapi dengan tanduk yang keras dan bisa menjadi agresif ketika diserang. Domba pada dasarnya tidak berdaya dan karena itu, mereka sangat bergantung pada gembala untuk melindungi mereka. Kita mungkin menolak gagasan bahwa kita tidak berdaya seperti domba. Bagaimanapun, manusia berada di puncak kerajaan hewan karena kecerdasan dan kecakapan fisik kita. tetapi akan berbeda, jika kita mempertimbangkan kehidupan rohani kita, kita tidak lebih baik dari domba. Tanpa perlindungan Tuhan dan para malaikat-Nya, kita hanya menjadi bulan-bulanan roh jahat. Tanpa hukum dan petunjuk Tuhan, kita hanya membahayakan diri kita sendiri. Lebih penting lagi, tanpa Tuhan, kita tidak bisa diselamatkan. Meminjam kata-kata Uskup Robert Barron, Kekristenan adalah agama keselamatan, dan bukan “self-help religion”. Betapa pun baiknya kita, kita tidak dapat mencapai surga tanpa rahmat Tuhan. Tindakan kita hanya bermakna sejauh itu dibantu oleh kasih Tuhan. Gambaran domba membawa kita pada kesadaran tentang siapa kita. Kita bukan apa-apa tanpa Tuhan, namun walaupun kita lemah secara rohani dan tidak berdaya, Tuhan tetap setia kepada kita dan akan memimpin padang rumput hijau karena Dia adalah Gembala Baik kita.