Listen

Description

Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

[Bacaan Injil : Lukas 21 : 5-9

Minggu Biasa ke-33 (17 November 2019)]

Pada masa pemerintahan Herodes Agung, Bait Allah di Yerusalem diperbaharui, dihiasi oleh emas dan batu-batu mulia lainnya, kemudian diperluas sehingga menjadikannya sebagai kebanggaan Bangsa Yahudi. Ini merupakan tempat dimana Allah memilih untuk tinggal, tempat dimana orang Israel bertemu dengan Allah mereka, dan disebut sebagai Rumah Allah. Melihat pemandangan Bait Allah yang agung, banyak orang akan percaya bahwa Bait Allah itu akan bertahan selamanya karena Allah sendiri akan mempertahankan rumah-Nya. Namun, Yesus bernubuat dan memberi tahu para murid-Nya bahwa Bait Allah yang indah ini akan dihancurkan. Nubuat Yesus membuka kita pada kebenaran mendalam bahwa bahkan Allah mengizinkan rumah-Nya di dunia dihancurkan. Banyak gereja-gereja di zaman dahulu yang mengalami kehancuran antaralain, Gereja Hugia Sophia yang merupakan gereja termegah abad 4 dan 5, kemudian Gereja Katedral Notre Dome di Paris yang sama mengalami kehancuran. Dari sini kita melihat mengapa Tuhan membiarkan gereja-gereja-Nya dihancurkan dan apakah Tuhan tidak peduli kepada kita semua? Gereja sebagai rumah Allah melambangkan iman kita. Serangan terhadap Gereja berarti serangan terhadap iman kita yang berharga. Jika Tuhan membiarkan rumah-Nya dihancurkan, maka Tuhan juga mengizinkan iman kita ditantang, dikejutkan, dan diguncang. Tuhan mengizinkan pencobaan menerpa hidup kita, keraguan atas iman kita, dan kegelapan untuk menyelimuti visi hidup kita. Tuhan membiarkan rumah-Nya hancur, dan iman kita diguncang untuk menunjukkan kepada kita apa yang benar-benar penting dalam hidup dan perjalanan iman kita. Tuhan membiarkan iman kita diguncang karena agar kita bisa menemukan Tuhan kembali, sehingga hidup kita semua semakin dekat dengan Tuhan dan selalu menyadari akan kehadiran-Nya.