Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP
[Bacaan Injil : Lukas 16 : 1 - 13
Hari Minggu Biasa ke-25 (22 September 2019)]
Ada sesuatu yang aneh dalam injil kita hari ini karena Yesus memuji pelayan yang curang dengan tindakan cerdiknya itu. Yesus memberi kita hamba yang cerdik ini sebagai sebuah contoh tentang seberapa pintarnya anak-anak di dunia ini mengelola urusan mereka. Yesus kemudian membandingkan anak-anak dunia ini dengan anak-anak terang. Jika anak-anak di dunia ini dapat menggunakan dan memanipulasi kepemilikan materi untuk motif duniawi mereka, anak-anak terang pun seharusnya menggunakan kekayaan yang sama untuk mencapai bahkan tujuan yang lebih tinggi. Ajaran Yesus ini memiliki implikasi penting dimana kita harus menggunakan barang-barang materi dan kekayaan untuk mencapai surga. Kepemilikan materi dalam bentuk uang ini sebagai sarana untuk hidup yang layak, membantu sesama dan menyembah Tuhan. Masalahnya kita sebagai anak terang tidak tahu berteman dengan kekayaan. Ada dua ekstrem yaitu kita benci uang atau kita cinta uang. Pertama, beberapa dari kita mungkin memiliki perspektif bahwa uang itu jahat, berbahaya dan sebuah godaan untuk dosa. Jadi, ketika membenci uang, kita membenci juga mereka yang punya uang. Kebencian terhadap uang dapat menyebabkan kebencian terhadap orang lain dan kita bisa gagal memenuhi perintah Kristus untuk saling mengasihi. Kedua, banyak dari kita cinta uang. Ketika terikat pada kekayaan duniawi, maka membuat kita melupakan tujuan sejati yaitu mencapai Kerajaan Surga. tanpa disadari kita membuat sarana menjadi tujuan dan tujuan menjadi sarana. Kita menjadikan keluarga, teman, karyawan, agama, bahkan Tuhan kita sebagai sekedar sarana untuk mendapatkan lebih banyak uang. Ini merupakan kenyataan yang menyedihkan saat ini bahwa beberapa orang membuat agama dan gereja baru untuk memperkaya diri mereka sendiri. Kita seharusnya hanya mencintai Tuhan dan mencintai sesama demi cinta Tuhan, tetapi tidak pernah untuk mencintai uang. Tujuan kita berteman dengan kekayaan duniawi adalah agar kita mendapatkan kekayaan surgawi.