Sudah lama skoyers, dan ini sebetulnya jarang skoyers, orang memperbincangkan dinamika kritik sastra. Kritik kerap dilihat sebelah mata, dengan nyinyir, tetapi kerap dirindukan. Kritik jatuh pada pandangan standar yang sebenarnya salah, “yah semua orang kan punya selera masing-masing”, makanya ia dipandang sebelah mata. Tetapi jika kritik itu menyanyjung maka ia dipuji, dikutip, dan diingat sepanjang hayat. Ya, sepanjang hayat si yang dikritik.
Simak perbincangan kami beberapa waktu lalu dengan Sunlie Thomas Alexander (@sunlie77). Penulis “Dari Belinyu ke Jalan Lain ke Rumbu Landu” dianggap titikdua sebagai orang yang tepat memperbincangkan dinamika kritik sastra Indonesia.