Dominasi Jakarta sebagai pusat produksi dan distribusi karya sastra Indonesia bisa ditelusuri hingga masa awal abad ke-20—atau lebih awal dari itu. Muncul hiruk-pikuk perlawanan terhadap dominasi Jakarta dalam sastra Indonesia. Misalnya pada 1990-an muncul gerakan “Revitalisasi Sastra Pedalaman” (RSP) yang berpusat di Ngawi, Jawa Timur. Namun baik pula jika kita menilai secara kritis perlawanan tersebut. Apakah dominasi Jakarta sebagai pusat akan tetap menyala? Ikuti perbincangan Ibrahim Soetomo dan Melani Budianta dalam "Ngomong-ngomong Soal: Jakarta yang Bikin Keki".
Musik oleh Sri Hanuraga.