Kencan Dengan Tuhan - Jumat, 11 Oktober 2024
Bacaan:
Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Daniel 3:16-18)
Renungan:
Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, diizinkan Tuhan dilempar ke dalam perapian yang menyala-nyala, dan dilepaskan dari tengah-tengah perapian tersebut. Sementara itu, Stefanus diperhadapkan pada rajaman batu, dan dilempari batu sampai mati, tanpa mengalami pelepasan dari Tuhan. Namun kematiannya menjadi benih yang menghasilkan pertobatan Paulus. Paulus ini pula yang diizinkan Tuhan berulang kali masuk pada situasi yang hampir merenggut nyawanya, namun Tuhan selalu menolong, "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit: kami habis akal, namun tidak putus asa, kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa."
Sering kali kita hanya fokus pada kesaksian hidup Paulus di mana Tuhan selalu tampil sebagai penolong di tengah situasi apa pun, sehingga kita menjadi bingung ketika kita mengalami panasnya api persoalan hidup yang makin memburuk, seperti yang dialami Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Kita bahkan terdampar dalam kekecewaan dan meninggalkan Tuhan ketika kita merasakan sakitnya rajaman batu-batu persoalan yang melukai hati dan perasaan kita, dan berkata, "Di manakah Engkau, Tuhan?" Mari kita beranjak dalam kedewasaan rohani yang lebih dalam seperti Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, dan berkata, "Jika Tuhan yang kami puja sanggup melepaskan, maka la akan melepaskan tetapi seandainya tidak... kami tidak akan menyembah patung yang tuanku dirikan." Ini berbicara tentang menempatkan kedaulatan Tuhan di dalam menyikapi persoalan kita, karena sering kali kita terjebak dalam pikiran kita tentang bagaimana seharusnya Tuhan menyikapi persoalan yang ada. Kita sulit melihat panasnya api yang bertambah tujuh kali lipat, ataupun hujan batu persoalan yang merajam kehidupan kita menjadi sebuah jalan kemuliaan Tuhan. Kita menjadi kecewa dan meninggalkan Tuhan sehingga kita kehilangan kesempatan menikmati mujizat Tuhan. Oleh karena itu, mari kita terus mengingatkan diri kita bahwa sekalipun semua yang terjadi tidak seperti yang kita bayangkan, namun tetap Tuhan selalu bersama kita. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, ajarilah aku memahami bahwa yang terpenting adalah Engkau dimuliakan, sekalipun aku harus melewati lembah kekelaman. Amin. (Dod).