Listen

Description

"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu." (Filipi 4:8-9)

Renungan:

  William Addis pada tahun 1770 dimasukkan ke dalam penjara karena terlibat kerusuhan. Walau harus terkurung di dalam penjara besi, William Addis tidak membiarkan pikirannya ikut terkurung bersama raganya. Justru di sanalah ia memeroleh ide untuk membuat sikat gigi. Tulang-tulang sisa makanan ketika di penjara, dijadikan sebagai gagang sikat gigi. Tulang-tulang tersebut dilubangi kecil-kecil, yang nantinya akan dimasukkan bulu-bulu binatang yang ia peroleh dari penjaga penjara. Jika orang terdahulu menggunakan tali atau sejenisnya sebagai bahan terakhir dalam pembuatan sikat gigi, William menggunakan lem sebagai bahan terakhirnya. Lem dapat membuat bulu-bulu binatang merekat di tulang yang telah dilubangi. Dengan demikian, bulu-bulu tersebut tidak mudah lepas, sehingga pemakaian sikat gigi dapat bertahan cukup lama. Kabarnya setelah keluar dari penjara, William memproduksi lebih banyak temuannya itu. Pada tahun 1780, William Addis tercatat sebagai orang pertama yang menciptakan sikat gigi dalam jumlah yang banyak. Ia berhasil menjadi seorang miliarder. 

  Hampir sama dengan kisah William di atas, meski raga terkurung di dalam penjara, tidak lantas membuat hati dan pikiran rasul Paulus ikut terkurung pula. Terbukti selama berada di dalam penjara, rasul Paulus masih tetap dapat menyapa jemaat Tuhan melalui tulisan-tulisannya. 

  Raga kita mungkin tidak terkurung, tetapi bagaimana dengan pikiran kita? Keadaan yang tidak baik seringkali membuat kita mengeluarkan kata-kata pesimis yang pada akhirnya tidak hanya mengurung pikiran tetapi juga membelenggu, bahkan melumpuhkan pikiran kita, sehingga kita tidak dapat melangkah maju. Apapun keadaan kita saat ini, jangan biarkan keadaan tersebut menentukan pikiran kita. Sebaliknya, biarkan pikiran kita yang menentukan keadaan, akan menjadi seperti apa dan bagaimana. Dengan demikian kita akan dapat tetap berkarya bagi Tuhan serta sesama. Tuhan Yesus memberkati.

Doa:

Tuhan Yesus, arahkanlah selalu hati dan pikiranku kepada-Mu, agar dalam situasi dan kondisi apapun, aku dapat tetap berkarya bagi-Mu. Amin. (Dod).