Kencan Dengan Tuhan - Jumat, 1 September 2023
Bacaan:
"Batu adalah berat dan pasir pun ada beratnya, tetapi lebih berat dari kedua-duanya adalah sakit hati terhadap orang bodoh." (Amsal 27:3)
Renungan:
Suatu ketika Erika menyimpan kepahitan, sakit hati dan kemarahan terhadap perkataan Lies. Namun sayangnya Lies tidak menyadari bahwa perkataan dan sikapnya telah melukai Erika. Beban perasaan sakit hati ini membuat Erika merasa tidak nyaman jika berada satu ruangan dengan Lies. Sementara itu Lies berlenggak-lenggok dengan bebas tanpa ada ganjalan. Dalam hal ini, perasaan Erika terlalu peka sehingga hatinya tersakiti dengan perkataan Lies. Sebaliknya Lies kurang peka sehingga ia tidak menyadari perkataannya yang tidak bijaksana telah melukai hati Erika. Bukankah kita sering berlaku seperti Erika, yang terjebak dengan beban berat dan perasaan sakit hati? Kita sakit hati terhadap seseorang yang tidak merasa telah menyakiti kita. Kita bergulat sendiri dengan kemarahan dan sakit hati kita. Bukankah beban perasaan seperti ini adalah sebuah kebodohan? Kita pun sering terjebak dengan sikap Lies yang tidak sadar telah menyakiti orang lain.
Salomo menuliskan, "Batu adalah berat dan pasir pun ada beratnya, tetapi lebih berat dari kedua-duanya adalah sakit hati terhadap orang bodoh." Firman Tuhan ini memberikan hikmat baru sehingga kita menyadari betapa bodohnya menyimpan sakit hati terhadap seseorang yang bodoh, yaitu orang yang tidak peka ketika sikap dan tutur katanya telah menyakiti orang lain. Ingatlah bahwa kita tidak memiliki hak untuk mengajar orang lain cara terbaik di dalam memperlakukan kita. Namun, Tuhan memperlengkapi kita dengan hikmat-Nya untuk menyikapi dengan benar setiap perlakuan yang kita terima. Seorang berkata, "Saya tidak sakit hati atas perlakuan ataupun perkataan seseorang. Mempertahankan kebahagiaan saya adalah nomor satu." Perkataannya ini memberikan inspirasi bahwa bodohlah menggantikan kebahagiaan kita dengan perasaan sakit hati. Bodohlah mengubah sakit hati menjadi beban kehidupan. Mari, berlambatlah untuk cepat merasa sakit hati, artinya, jangan mudah tersinggung.
Kita juga perlu belajar untuk tidak menyakiti hati orang lain. Ajarlah diri kita bertutur-kata dengan baik. Sebisa mungkin hindari perkataan yang tajam dan keras. Ajarlah diri kita untuk menguasai emosi sehingga tidak mudah lepas kontrol atas perkataan dan sikap kita. Ajarlah diri kita untuk peka terhadap perasaan orang lain. Ingatlah firman Tuhan ini, "Sekalipun ada emas dan permata banyak, tetapi yang paling berharga ialah bibir yang berpengetahuan." (Ams 20:15). Dengan demikian, berjaga-jagalah di pintu bibir kita karena lidah dapat berubah menjadi sebilah pedang yang tajam (Ams 12:18), atau menjadi pohon kehidupan (Ams 15:4). Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, mampukan aku untuk mengontrol emosiku, sehingga aku tidak lekas marah terhadap orang bodoh yang menyakitiku melalui sikap dan perkataannya. Amin. (Dod).