Listen

Description

Kencan Dengan Tuhan - Jumat, 25 November 2022

Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah." (Roma 4:18-20)

Renungan:

Di manakah kita akan menempatkan iman kita ketika di hadapan kita hanya ada sebuah fakta ketidakmungkinan? Abraham telah berusia 100 tahun sementara rahim Sarah telah tertutup ketika Tuhan menjanjikan seorang anak kepadanya. Namun dikatakan bahwa Abraham berharap juga dan percaya bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa. Hal ini diperhitungkan Tuhan kepadanya sebagai kebenaran. Demikianlah Tuhan menerima bukti dari imannya dalam sebuah kemustahilan hidup.

Apa yang dihadapi Abraham tidak berbeda dengan situasi kehidupan kita, di mana iman dan fakta hidup berada di dua belahan dunia yang berlainan. Kehidupan kita sehari-hari dipenuhi dengan perkara-perkara yang membuat kita melihat sebuah kemustahilan. Kita diperhadapkan pada situasi yang sulit untuk memilih antara memercayai sesuatu yang belum kita lihat dengan mata iman atau pasrah pada apa yang ada di hadapan mata jasmani kita. Sakit yang tidak kunjung sembuh, persoalan yang tidak memiliki jalan keluar, kondisi kehidupan yang semakin memburuk, ketidakberdayaan kita menghadapi tekanan, dapat meninabobokkan iman kita tanpa perlawanan.

Abraham tidak menyerah kepada kondisi yang ada, melainkan bangkit untuk mengadakan perlawanan, sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya. Abraham tidak membiarkan usianya menjadi kendala kehidupan imannya, melainkan ia menajamkan imannya dengan meyakini kuasa Tuhan yang sanggup melaksanakan apa yang telah dijanjikan. Janji Tuhan menjadi motor yang menggerakkan imannya kepada kuasa Tuhan.

Janji Tuhan harus berada di barisan depan iman kita, karena tanpa janji Tuhan, Laut Merah tidak akan terbelah, gunung batu tidak akan memancarkan air, tidak ada sejarah kemenangan atas Kanaan. Apapun situasi kehidupan yang menjerat kita saat ini, kita harus menggenggam janji Tuhan. Janji Tuhan harus ada di pikiran kita yang terfokus pada-Nya dan tertanam di dalam jiwa kita yang akan melahirkan kekuatan untuk bertahan, serta dekat di bibir kita untuk diucapkan, sehingga rintangan yang menghadapi bisa dikalahkan.

Ketika kita mengerti bagaimana menjalani hari-hari hidup kita yang berlandaskan pada janji Tuhan, maka kemustahilan hidup hanyalah menjadi batu asah iman kita saja. Mari kita merefleksikan diri kita atas konsep kebenaran ini dengan sebuah pertanyaan, "Sejauh manakah janji Tuhan di dalam Firman-Nya berperan dalam keseharian kita? Tuhan Yesus memberkati.

Doa:

Tuhan Yesus, aku bersyukur atas janji-janji-Mu bagi diriku dan aku mau hidup berdasarkan janji-janji-Mu itu, sehingga aku tidak jatuh terkapar. Amin. (Dod).