Kencan Dengan Tuhan - Jumat, 3 November 2023
Bacaan:
"Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?" Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati." (2 Raja-raja 5:12)
Renungan:
Panglima Raja Aram bernama Naaman menderita sakit kusta, kemudian pergilah ia mendatangi Elisa. Namun, Elisa hanya berkata, "Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir." Naaman menjadi gusar karena ia berpikir Elisa akan melakukan ritual penyembuhan dengan menggerakkan tangannya di tubuhnya yang sakit sambil memanggil nama Tuhan. Lalu ia berkata, "Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?"
Dua kesalahan Naaman akan kita pelajari di sini yang menjadi penyebab kekecewaan dan kemarahannya. Pertama, Naaman memiliki pola pikir sendiri tentang bagaimana seharusnya proses kesembuhan yang akan dilakukan oleh Elisa. Demikian pula, kita sering melakukan kesalahan yang sama ketika kita mendikte Tuhan tentang bagaimana seharusnya Tuhan menjawab doa kita, dan ketika apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan, maka kita pun kecewa dan marah. Beruntungnya Naaman mengikuti nasihat pegawainya untuk berhenti marah dan mengikuti saja jalan Tuhan, dan ia pun disembuhkan. Kita juga harus belajar untuk memiliki ketajaman mata rohani supaya dapat melihat bahwa Tuhan mampu menyatakan mujizatnya dengan cara-cara yang tidak dapat kita mengerti.
Kedua, Naaman salah mengerti akan maksud Tuhan. Ketika Elisa memerintahkannya untuk mandi tujuh kali di Sungai Yordan, sebenarnya ia sedang menekankan tentang ketaatan yang total kepada perkataan Tuhan. Namun, Naaman salah fokus yang hanya menekankan pada perkara "mandi". Naaman tidak menangkap maksud Tuhan yang mengajarkannya tentang ketaatan. Bandingkan dengan ketaatan total orang buta di dalam Yoh 9. Yesus mengaduk ludah-Nya dengan tanah dan mengoleskannya pada mata orang buta tersebut. Lalu, Yesus memerintahkanya untuk membasuhnya di Kolam Siloam. Orang buta tersebut melakukan tepat seperti perkataan Yesus. la tidak komplain dengan cara Tuhan yang aneh dalam menyembuhkannya. Dia tidak tawar-menawar tentang kolam yang akan ditujunya. Orang buta ini datang kepada Tuhan dengan satu konsep iman yang benar dan sejati bahwa Tuhan dapat melakukan apa saja dan dengan cara apa saja untuk menjawab doanya.
Jika saat ini kita sedang berada di status rohani seperti Panglima Naaman yang gusar dan marah karena situasi yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita doakan, belajarlah untuk tidak membatasi kuasa Tuhan dalam pikiran kita. Demikian pula, kita yang sulit mengerti akan maksud Tuhan melalui berbagai kondisi sulit yang la izinkan terjadi, milikilah ketaatan orang buta ini. Jika Naaman menyelaraskan imannya dengan logika, orang buta menyelaraskan imannya dengan ketaatan total. Inilah "Duet Maut", yaitu iman dan ketaatan total yang mendatangkan kuasa Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, mampukan aku untuk mengerti kehendak-Mu dan ajarilah aku untuk setia dan taat pada-Mu. Amin. (Dod).