Listen

Description

"Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam. Di ruang atas, di mana kami berkumpul, dinyalakan banyak lampu. Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati. Tetapi Paulus turun ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata: "Jangan ribut, sebab ia masih hidup." (Kisah Para Rasul 20:7-10)  

Renungan:

   Sebagai persiapan menghadapi banjir musiman yang bakal tiba, gubernur di suatu propinsi bertanya kepada seorang Pastur tentang kemungkinan berapa banyak orang yang bisa tidur di gerejanya nanti jika gerejanya dipakai sebagai tempat pengungsian. Pasti pun menjawab, "Kalau di ibadah pada hari Minggu, biasanya sih yang tidur antara 30 sampai 50 orang, Pak." Memang ini hanyalah sebuah humor tetapi tidak sedikit orang yang menjadikan gereja sebagai tempat tidur yang nyaman. 

   Demikian juga dengan Eutikhus yang tertidur pada saat mendengarkan khotbah Paulus. Usahanya untuk mendengarkan Paulus sampai larut malam jelas melampaui daya tahan Eutikhus yang sudah sangat lelah. Lukas penulis Kisah Para Rasul mencatat, ".... orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap...." Ada beberapa hal yang dapat membuat Eutikhus ini tertidur. Pertama, saat itu sudah terlalu malam. Tetapi mengapa hanya dia saja yang mengantuk dan tertidur sedangkan yang lain tidak? Kedua, Paulus amat lama berbicara. Ada orang-orang yang bahkan menyalahkan Paulus. Tetapi jika kita perhatikan ini ini tidak benar karena setelah peristiwa Eutikhus, Paulus bahkan masih meneruskan kotbahnya sampai pagi dan orang-orang yang lain masih tetap mendengarkan. Ketiga, ia lelah bekerja sepanjang hari sehingga fisiknya tidak kuat untuk begadang semalam suntuk. Keempat, karena penerangan dalam ruangan itu memakai banyak lampu yang membuat udara dalam ruangan itu berasap dan pengap, ia lalu duduk di dekat jendela mencari angin segar. Tetapi justru ia mendapatkan angin yang sepoi-sepoi, sehingga membuatnya mengantuk dan tertidur. Karena itu perhatikanlah pada waktu mencari tempat duduk di dalam gereja, jauhilah sorotan angin AC dan orang yang selalu mengajak bicara pada waktu ibadah. Kelima, mungkin karena ia kurang rindu pada firman Tuhan! 

   Pernahkah kita melihat orang yang tertidur bukan karena terlalu lama Pastur berkotbah, tetapi begitu Pastur naik ke mimbar ia sudah tertidur? Kejadian ini disebut sebagai "anchoring" atau "terjangkar". Pikiran orang tersebut sudah terjangkar atau terpaku kepada kondisi jika Pastur naik ke mimbar maka saat itulah jam tidur kita dimulai. Mengapa bisa terjadi hal seperti ini? Ini terjadi karena kebiasaan. Mulanya bisa saja disebabkan karena khotbah yang membosankan dan fisik yang capek, sehingga membuatnya tertidur. Tetapi jika hal ini terjadi berulang-ulang, maka tertidur di gereja ini akan menjadi kebiasaan. Begitu melihat Pastur naik ke mimbar, rasa kantuk mulai terasa. Begitu Pastur mulai berkhotbah, ia segera tertidur. Hal ini sama seperti "ingat beras ingat cosmos" hanya saja disini "ingat Pastur ingat tidur". Harus ada kemauan yang kuat untuk memprogram ulang kebiasaan tidak baik ini. Paksakan diri kita untuk mendengarkan firman Tuhan, jika kita berhasil memaksakan kebiasaan baik ini, maka kita tidak akan pernah tertidur lagi di gereja. Tuhan Yesus memberkati.

Doa:

Tuhan Yesus, tolonglah aku agar dapat berkonsentrasi penuh saat beribadah kepada-Mu, khususnya saat mendengarkan firman-Mu. Amin. (Dod).