"TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya." (Mazmur 15:1-3)
Renungan:
Amanda menghampiri neneknya dengan wajah serius, pertanda ada sesuatu yang penting untuk disampaikan. Katanya, "Nek, ada sesuatu yang sangat penting untuk saya ceritakan, sungguh saya sudah tidak tahan lagi, Nek." "Tunggu, apapun yang akan kamu ceritakan akan aku dengarkan, tetapi apakah kamu sudah melewati tiga buah saringan terlebih dahulu?" kata nenek sebelum Amanda membeberkan semua yang ada dipikirannya. "Tiga buah saringan?" Amanda balik bertanya dengan kebingungan. "Benar cucuku! Nah sekarang coba kita uji apakah ceritamu dapat melewati ketiga saringan ini. Yang pertama adalah saringan kebenaran. Apakah kamu sudah berpikir dan yakin bahwa kamu akan menceritakan semuanya dengan benar?" tantang si nenek. Dengan ragu-ragu Amanda menjawab, "Gimana ya nek, saya juga mendengar cerita ini dari orang, jadi saya tidak bisa memastikan apakah itu benar atau tidak?" "Oke, kamu menjawab dengan benar dan jujur. Jadi mari kita masuk ke saringan kedua yaitu kebaikan. Karena cerita itu belum tentu benar, maka aku ingin tahu apakah cerita itu mengandung kebaikan?" tanya nenek. "Sebenarnya tidak Nek, malah sebaliknya dan saya masih ragu-ragu," jawab Amanda. "Okelah, sekarang yang terakhir, yaitu sharingan penting. Karena kamu masih ragu apakah ceritamu benar atau tidak dan akan membawa kebaikan atau keburukan, maka aku ingin tahu apakah ceritamu itu penting atau tidak?" tanya neneknya. "Sebenarnya tidak juga Nek," jawab Amanda. "Baiklah kalau begitu. Jadi ceritamu itu belum tentu benar, belum tentu baik dan tidak penting. Jadi, alangkah baiknya jika kamu menguburkannya di tempat di mana tidak akan menyebabkan orang menjadi sakit hati dan jangan mengingatnya lagi," si nenek menasihati Amanda.
Menjaga lidah dari segala ucapan yang salah tidak semudah mengucapkan peringatannya. Bukan karena hal itu menyakitkan, tetapi karena hal itu menggiurkan. Tidak dapat disangkal bahwa bergosip tentang kekurangan, keburukan dan kelemahan orang lain biasanya membuat kita semangat. Tetapi sebenarnya dengan menjadi pembawa kabar bohong, kita sudah mengambil bagian dalam pekerjaan seorang pemfitnah. Jadi kita perlu ekstra hati-hati dalam menyebarkan suatu kabar yang kebenarannya masih belum jelas. Berita yang masih simpang siur kebenarannya, tidak menutup kemungkinan akan menyebabkan perselisihan, perpecahan dan sakit hati bagi orang lain. Kita perlu memastikan bahwa selain benar, perkataan itu pun harus mendatangkan kebaikan bagi sesama dan beritanya merupakan berita yang penting untuk orang lain ketahui. Dan jika tidak, mata simpanlah itu untuk diri sendiri. Tiga saringan, yaitu kebenaran kebaikan dan penting harus selalu menjadi saringan utama ketika kita hendak menceritakan suatu berita kepada orang orang lain, sehingga pada akhirnya kita bukan menjadi pembawa malapetaka tetapi menjadi berkat. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, mohon tuntunan mu agar aku senantiasa menjaga kebenaran setiap kata yang ku sampaikan kepada orang lain. Amin. (Dod).