Kencan Dengan Tuhan - Kamis, 22 September 2022
"Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku." (Wahyu 3:20)
Renungan:
Pernahkah kita melihat lukisan Yesus yang berdiri di depan pintu? Pada umumnya lukisan ini sering diartikan sebagai sebuah berita keselamatan yang menantikan respons hati kita untuk membiarkan Yesus masuk menguasai hidup kita. Mungkin banyak di antara kita telah membuka pintu hati kita untuk-Nya. Kita mengalami sukacita yang luar biasa atas kehadiran-Nya, menjalani keseharian dengan semangat, seperti jemaat di Efesus yang menggebu-gebu karena kasih mula-mula pada Kristus. Ingatkah kita akan saat-saat indah itu? Ataukah semua hanya tinggal kenangan indah?
Hal inilah yang terjadi pada jemaat di Laodikia yang suam-suam kuku, tidak dingin dan tidak panas. Jemaat yang merasa diri tidak kekurangan kerohanian, namun dicela oleh Tuhan, "Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang. (Why 3:17). Maka Tuhan memerintahkan jemaat Laodikia untuk kaya dalam Firman-Nya serta meminta pencerahan Roh Kudus untuk melihat dan mengevaluasi hidup kerohanian mereka, sehingga mereka dapat melihat dengan kacamata Tuhan, bukan dengan penilaian diri sendiri. Oleh sebab itulah Tuhan berkata, "Lihat, aku berdiri di muka pintu dan mengetok ..." Ia berharap pintu terbuka dan mendapati kembali kebersamaan yang telah lama hilang. Seringkali kita hanya membuka pintu pertama bagi-Nya untuk keselamatan kita, tetapi selanjutnya kita kehilangan kebersamaan dengan-Nya. Dan tanpa disadari, Kristus kembali terdepak di depan rumah kita dengan terus Ia mengetuk pintu hati kita yang tidak pernah kita hiraukan karena kesibukan aktivitas rohani. Kita tidak menyadari bahwa kita melarat akan kehadiran-Nya.
Seseorang pernah berkata kepada temannya, "Saya lihat engkau begitu luar biasa ketika melayani di gereja, tetapi saya tidak pernah melihat engkau membaca Alkitab dan berdoa dalam keseharian hidupmu. Bahkan untuk tidur pun kau sering lupa berdoa." Hal ini dilihatnya ketika mereka tinggal bersama dalam sebuah kamar sewaan. Bagaimana dengan kita? Pernyataan ini juga mengingatkan kita dan menjadi sebuah jalan bagi Tuhan untuk menegaskan kerinduan hati-Nya yang ingin tetap tinggal dalam kebersamaan dengan kita. Marilah kita kembali mengintrospeksi diri di hadapan-Nya dan memulai kesibukan rohani kita bersama Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, biarlah kasih mula-mula itu masih ada di dalam hidupku sehingga kerohanianku tidak suam-suam kuku. Amin. (Dod).