"Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya." (Amsal 18:13)
Renungan:
Istilah keburu nafsu merupakan ungkapan untuk menjelaskan seseorang yang bertindak terburu-buru yang biasanya tidak didasari dengan alasan yang kuat. Seorang pria pun pernah terjatuh di dalam kesalahan seperti itu. Tindakan salah itu bahkan terjadi setelah ia mengikuti retret. Setelah retret selesai, ia bergegas memesan tiket bus untuk pulang. Tetapi keberangkatan bus masih sekitar 1 jam lagi. Untuk mengusir rasa bosan maka ia pergi ke sebuah toko di terminal itu. Ia membeli majalah, secangkir kopi dan sekotak kecil donat yang berisi 5 buah. Saat itu banyak orang yang sudah lebih dahulu menunggu keberangkatan bus dan mereka bisa duduk di kursi tunggu yang masih baik. Sedangkan ia, karena baru datang kemudian, harus duduk di kursi yang sudah rusak, yang sangat tidak nyaman. Dia duduk di samping seorang pria asing dan mulai membaca majalah sambil makan donat dan sebentar sebentar minum kopi yang telah dibeli. Ternyata rasa tidak nyaman tidak hanya disebabkan oleh kursi yang rusak tetapi juga oleh sikap pria asing tersebut. Tanpa basa-basi pria asing itu mengambil donat miliknya dan ia pun tidak bisa berkata apa-apa. Setelah beberapa menit, pria asing itu mengambil satu donat lagi. Dia tidak sanggup bertanya, tetapi ia sudah merasa kesal. Yang lebih mengejutkan lagi, pria asing itu mengambil satu donat lagi dan menawarkan donat yang terakhir kepadanya. Sungguh kesal ia dibuatnya. Di dalam hati ia berkata, "Ini sudah keterlaluan." Dengan melotot ia memandangnya dan mengambil dua tas bawaannya, lalu pergi meninggalkan pria asing tersebut. Ia bergegas menuju bus dengan hati yang kesal. Di bus pun ia duduk dengan tidak tenang karena masih dipenuhi rasa kesal. Ketika bus hendak berangkat, seorang anggota kru bus tersebut memeriksa tiket penumpang. Betapa kagetnya ketika ia hendak mengambil tiket di salah satu tasnya yang kebetulan lupa ditutupnya. Ia menemukan kotak kecil donat yang sama dengan yang ia beli dan masih dalam keadaan utuh serta belum dibuka. "Bukankah kursi yang rusak itu hanya aku dan dia yang menduduki. Sepertinya tidak ada orang lain yang dekat dengan tasku kecuali pria asing itu. Ya benar, memang pria asing itu yang memberikan donat itu." katanya dalam hati dengan yakin, setelah mencoba mengingat semua peristiwa yang terjadi sekitar kursi di mana mereka duduk. Dia pun menyesal telah bersikap tidak baik kepada pria asing itu, tetapi apa daya, bus sudah mulai berjalan.
Betapa sering kita jatuh di dalam kesalahan seperti itu. Kita marah sebelum menyelidiki kejadian secara menyeluruh. Kita kesal sebelum mengetahui persoalan yang sesungguhnya. Kita berprasangka buruk, bahkan menuduh tanpa bukti yang kuat. Baik di Alkitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru diajarkan supaya setiap orang lebih banyak menyediakan telinganya untuk mendengar sehingga bisa memahami dengan baik setiap persoalan. Dengan demikian kita tidak akan salah ketika harus memberikan tanggapan terhadap peristiwa yang terjadi. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, mampukan aku menyediakan diri untuk mendengar lebih banyak, karena aku tidak mau salah dalam menanggapi setiap peristiwa. Amin. (Dod).