Tetapi perwira, yang menjadi ajudan raja, menjawab abdi Allah, katanya: "Sekalipun TUHAN membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?" Jawab abdi Allah: "Sesungguhnya, engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya." (2 Raja-raja 7:2)
Renungan:
Di sebuah desa ada seorang ibu yang mulai rajin berdoa karena mendengar seorang hamba Tuhan berkhotbah mengenai iman sebesar biji sesawi yang bisa memindahkan gunung. Ia berdoa agar anaknya yang sudah lama sakit bisa sembuh. Namun setelah sebulan berdoa, tidak terjadi apa-apa. Ia pun menceritakan masalahnya pada seorang hamba Tuhan yang lain. Akhirnya mereka sepakat berdoa bersama di depan sang anak yang sedang sakit tersebut. Ketika selesai mengucapkan "Amin" dan melihat anaknya tidak sembuh, lalu sang ibu berkata, "Benar kan, Pak. Dari awal pun saya sudah menduga bahwa hal itu tidak akan mungkin terjadi." Sambil menggelengkan kepala, sang hamba Tuhan pun berkata, "Lha, ibu saja tidak yakin, bagaimana mungkin itu terjadi?"
Ibu itu merupakan salah seorang yang mewakili dari sekian banyak pengikut Yesus yang tidak percaya atau meragukan kuasa Tuhan. Mereka mengaku percaya kepada Tuhan, tetapi seringkali tidak memercayai bahwa Tuhan mau dan mampu menolong mereka. Memang tidak mudah untuk percaya di dalam situasi yang sulit, seperti seorang perwira yang menjadi ajudan raja di dalam kisah "krisis Samaria." Krisis Samaria terjadi karena saat itu Samaria dikepung oleh pasukan Aram. Harga pangan langsung melonjak tinggi. Seperempat kab tahi merpati saja harganya lima syikal perak (2 Raja 6:25). Raja tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengatasi krisis ini. Sayangnya bukannya dia mengaku salah karena tidak bisa bertanggung jawab untuk menyejahterakan rakyat, malah dia menyalahkan Elisa. Bahkan ia berniat membunuh Elisa. Lebih parah lagi, raja menyalahkan Tuhan atas terjadinya krisis Samaria yang sangat hebat itu. Jelas raja tidak memercayai bahwa Tuhan sanggup menolong mereka. Sebagai seorang nabi, Elisa harus meyakinkan raja bahwa krisis itu akan segera berakhir, sehingga harga pangan menurun dan terjangkau oleh rakyat jelata. Tetapi sayangnya, ketidakpercayaan itu kini beralih kepada perwira yang menjadi ajudan raja. Perkataannya sangat jelas menunjukkan ketidakpercayaannya, "Sekalipun Tuhan membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?" Karena ketidakpercayaannya itu, maka ia tidak menikmati berkat Tuhan, bahkan ia akhirnya meninggal karena terinjak-injak oleh orang banyak.
Kepercayaan akan memengaruhi sikap hidup seseorang, sekaligus memengaruhi hasil dari apa yang diharapkan. Orang yang percaya akan menunjukkan sikap hormat kepada Tuhan dan antusias di dalam berdoa. Tuhan pun tidak akan tinggal diam. Pada waktu yang tepat Ia akan memenuhi apa yang diharapkan orang tersebut. Kalau saat ini kita sedang terhimpit masalah, entah itu penyakit yang tak kunjung sembuh atau kesulitan keuangan, jangan sekali-kali meragukan Tuhan. Percayalah dengan segenap hati bahwa Tuhan akan menunjukkan kasih dan kuasa-Nya. Percayalah sampai mujizat itu menjadi nyata. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, saat aku tidak melihat jalan-Mu dan tidak mengerti rencana-Mu, biarlah hatiku tetap percaya dan mengandalkan-Mu selalu. Amin. (Dod).