"Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik." (2 Tesalonika 3:13)
Renungan:
Seperti biasanya pagi itu sepasang suami istri masih makan bersama, bercanda dan berangkat bekerja bersama-sama. Suaminya mengantar sang istri ke kantor, kemudian dia melanjutkan perjalanan menuju kantornya. Sepanjang hari itu sang istri sibuk dengan pekerjaannya dan ketika ia masih sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba telepon kantor berdering. Ia bergegas mengangkat telepon dan betapa kagetnya ia ketika mendengar suara di ujung telepon, "Apakah anda istri Pak Renaldi?" Ia kaget nada suara penelepon itu seakan mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang terjadi. "Betul, saya istrinya," jawabnya. Ia pun mendesak penelepon untuk mengetahui apa yang terjadi. "Suami anda sedang berada di Unit Gawat Darurat karena kecelakaan yang cukup parah." Seketika itu juga gagang telepon jatuh dari tangannya. Setelah mendapatkan informasi yang jelas tentang rumah sakit tempat suaminya dirawat, ia diantar supir kantor untuk menjenguk suaminya. Ia sangat terkejut dan kaget melihat keadaan suaminya yang tergeletak tidak berdaya. Kepala dan sebagian wajahnya dibalut perban putih, begitu juga kaki dan tangannya. Ia mendengar informasi dari dokter yang merawatnya bahwa suaminya mengalami luka yang cukup serius di bagian wajah, kepala dan tangannya. Lama sang istri terdiam mendengar seorang saksi mata menuturkan kejadian yang sesungguhnya. Mobil suaminya sedang dalam kecepatan yang normal ketika sebuah mini bus melaju kencang dari arah kanan, kemungkinan karena mini bus itu berusaha menerobos lampu lalu lintas yang sudah merah saat itu. Kalau suaminya masih selamat meskipun dia mengalami kecelakaan yang cukup parah, baginya itu adalah mukjizat. Betapa tidak, mobilnya ringsek.
Melihat keadaan mobil suaminya, orang tidak akan percaya bahwa pengemudinya bisa selamat. Sang istri menangis di samping suaminya dengan perasaan yang campur aduk didalam dadanya.
Musibah itu telah mendatangkan pelajaran yang sangat berharga baginya. Jangan kita berpikir, bahwa segala sesuatunya akan berjalan lancar sesuai yang kita inginkan. Kematian begitu dekat dengan kita. Kita tidak dapat menduga kapan dia menghampiri kita. Tidak seorang pun yang tahu kapan suami, anak-anak, orang tua dan orang-orang yang kita kasihi meninggalkan kita. Untuk itulah kita harus menjalani kehidupan bersama mereka dengan penuh kasih, persahabatan, kesetiaan, pengampunan dan kesabaran. Banyak orang yang menghabiskan waktu bersama orang-orang yang mereka kasihi dengan pertengkaran, permusuhan kebencian dan omelan. Semua ini akan mendatangkan penyesalan yang tidak putus-putusnya ketika kematian menjemput orang yang mereka kasihi itu. Sebab itu, upayakan suasana yang membahagiakan, penuh kasih, kebaikan dan pengorbanan agar kelak kita tidak menyesal. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih untuk orang-orang yang Kau tempatkan di sekelilingku. Berikan aku hati yang selalu mengasihi, agar kehadiranku selalu mendatangkan kehangatan, sukacita dan kenangan manis bagi orang-orang di sekitarku. Amin. (Dod).