"Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap Bapa." (Lukas 15:13-14, 17-18)
Renungan:
Di dalam cerita anak yang hilang, setelah memaksa mengambil warisannya, si bungsu pergi ke negeri yang jauh dan menghambur-hamburkan hartanya. Di kisah ini kita tidak menemukan kata 'terhilang' yang ada kata 'memboroskan', yang menunjukkan ada sesuatu yang hilang dengan sia-sia. Si bungsu menyia-nyiakan sumber daya yang dimilikinya.
Apa yang dilakukan si bungsu juga dilakukan banyak anak-anak muda saat ini yaitu menyia-nyiakan kesempatan berharga yang mereka miliki. Setidaknya ada 3 kesempatan yang disia-siakan oleh kebanyakan anak muda saat ini, yaitu: Pertama, menyia-nyiakan kesempatan. Si bungsu mengisi masa mudanya dengan berfoya-foya, bahkan ia menjalani kehidupan seks bebas dengan para pelacur. Orang muda sering menutup mata ada akibat fatal yang akan mereka terima jika suka hura-hura, minum minuman keras atau melakukan seks bebas. Ada berbagai penyakit yang membawa kematian yang akan diderita beberapa tahun setelah seseorang menikmati kedagingan itu, misalnya hepatitis, sifilis, AIDS dan lain-lain. Masa muda bukan masa untuk berfoya-foya tapi masa yang tepat untuk mengembangkan diri dengan sikap yang benar dan bekerja keras demi masa depan yang baik. Jika pada masa muda kita bisa mendisiplin diri, kita akan mengalami hidup yang lunak pada masa tua nanti. Kita akan menikmati kelimpahan itu pada waktu yang tepat.
Kedua, menyia-nyiakan kesempatan untuk mengabdi kepada orang tua. Si bungsu yang terhilang menunjukkan sikap yang memberontak terhadap ayahnya. Masa muda merupakan kesempatan emas untuk mengabdi kepada orang tua sehingga nanti kita dapat menikmati berkat seperti yang dijanjikan Tuhan. "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu." (Keluaran 20:12). Jika sejak muda kita sudah terbiasa mengabdi kepada orang tua, nanti kita akan lebih mudah mengabdi serta menundukkan diri kepada perusahaan, atasan atau pembimbing rohani.
Ketiga, menyia-nyiakan kesempatan untuk menolong dirinya sendiri. Menolong diri sendiri adalah kewajiban bagi orang yang mau meraih keberhasilan. Tuhan, orang tua, guru atau pembimbing rohani tidak akan bisa memberikan masa depan yang cerah jika kita sendiri tidak mau memberi diri untuk dibentuk menjadi seorang yang berhasil. Teladanilah sikap yang diambil si bungsu sebelum semuanya benar-benar terlambat. Ia tidak lagi menyia-nyiakan kesempatan untuk menolong dirinya sendiri, karena ia berani memutuskan untuk berbalik dari jalannya yang salah. Ia pulang dan mohon ampun dari ayahnya. Si bungsu melangkah kembali dalam perlindungan ayahnya sehingga memeroleh hidup yang bahagia.
Jangan sia-siakan masa muda. Jangan biarkan iblis mencuri kesempatan dan perlindungan yang Tuhan sediakan melalui orang tua serta pembimbing rohani. Jadilah orang muda yang bijak dan taat kepada orang tua seperti untuk Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, aku mau menjaga masa mudaku supaya menjadi seperti anak panah di tangan pahlawan, yang melesat mengenai sasaran yang tepat. Amin. (Dod).