"Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:31-32)
Renungan:
Ada seorang wanita yang sudah menikah dengan pria yang baik, namun ia tidak dapat menikmati keindahan dan kebahagiaan sebagaimana pasangan suami-istri pada umumnya. Ia mencintai suaminya, namun ia tidak dapat menyerahkan diri sepenuhnya kepada suaminya. Ia menyadari bahwa masalah ini bisa mengganggu kelangsungan rumah tangganya. Ia berusaha untuk berubah, tetapi sesuatu yang ada di dalam dirinya tidak bisa membuatnya berubah. Ia membawa hal ini kepada Tuhan dan Tuhan mengingatkan masa lalunya melalui mimpi. Dalam mimpi, ia melihat dirinya sedang berenang di sebuah danau dan tak berapa lama kemudian datang beberapa orang pemuda menyerang dan menodainya. Dengan penuh kebencian ia berteriak kepada pemuda-pemuda itu, "Aku benci kalian! Aku benci kalian! Aku tidak akan pernah membiarkan seorang laki-laki pun menyentuhku lagi seumur hidupku!" Saat terbangun dia menyadari bahwa ia masih menyimpan kemarahan dan kebencian itu di dalam hatinya. Emosi itu terkubur jauh di lubuk hatinya dan mempengaruhi hubungannya dengan suaminya. Setelah dibimbing ia pun mau mengampuni pemuda-pemuda yang sudah merobek-robek jiwanya dan harga dirinya. Di hadapan Tuhan ia berdoa, "Tuhan engkau tahu apa yang kualami dan apa yang mereka lakukan padaku. Itu sangat menyakitkan tetapi aku tidak akan mencengkeramnya lagi. Aku tidak akan membiarkan rasa sakit dari masa lalu itu meracuni kehidupan ku saat ini dan masa depanku. Tuhan aku mau mengampuni pemuda-pemuda itu sekarang juga." Setelah hari pengakuan dan pengampunan itu, ia dipulihkan dan menjadi seorang istri yang normal. Ia dapat menikmati hubungan yang sehat dengan suaminya.
Banyak orang yang membiarkan dirinya diikat oleh pengalaman pahit di masa lampau, sehingga hidup mereka tidak bahagia. Apakah anda memiliki kenangan kenangan pahit di masa lalu, misalnya pelecehan seksual, ketertolakan, penganiayaan oleh orang tua atau saudara-saudara dan sebagainya? Biarkan itu muncul sejenak ke permukaan hidup anda, setelah itu putuskanlah untuk mencabut akarnya dari hidup anda dengan cara melepaskan pengampunan kepada mereka yang sudah menyakiti hati anda. Jika anda tidak mengerti akar pahit apa yang harus dicabut dari hidup anda, mintalah Tuhan membantu menunjukkannya.
Semua orang pasti pernah mengalami ketidakadilan dan kepahitan, tetapi yang membuat perbedaan adalah apakah kita memutuskan untuk mencengkeram rasa sakit itu ataukah melepaskannya? Jika kita ingin menjalani kehidupan dengan cara yang terbaik, putuskan untuk melepaskan pengampunan kepada mereka yang melukai jiwa kita. Jika kita memilih untuk melepaskan, itu berarti kita sedang bertindak menolong diri kita sendiri. Pengampunan membuat kita terlepas dari kepahitan dan sekaligus mendapatkan pengampunan dari Bapa. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, aku melepaskan pengampunan atas seseorang yang telah menyakitiku. Mampukanlah aku agar jiwaku tenang dan sehat kembali. Amin. (Dod).