Listen

Description

Kencan Dengan Tuhan - Sabtu, 15 Oktober 2022

Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Daniel 3:16-18)

Renungan:

    Ada baiknya kita memperhatikan perkataan-perkataan berikut, "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh," "Asal ku jamah saja jubah-Nya aku akan sembuh," "Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu di atasnya, maka ia akan hidup," "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." Dan masih banyak lagi perkataan yang sejajar dengan perkataan-perkataan tersebut. Itulah yang disebut dengan perkataan iman. Tentu saja iman akan kesanggupan dan kepedulian Tuhan adalah iman yang benar. Tetapi itu adalah iman yang standar, iman yang fokus pada pertolongan Tuhan. Ada iman yang tidak fokus pada pertolongan tuhan, artinya ketika tidak ada pertolongan Tuhan pun, iman kepada Tuhan tetap ada dan tidak beralih kepada yang lain. Itulah iman yang di atas rata-rata. Teman-teman Daniel yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego memiliki iman di atas rata-rata, karena tantangan yang mereka hadapi sangat berarti. Teman-teman Daniel diperhadapkan kepada pilihan yang sangat sulit yaitu antara menyembah patung emas yang didirikan oleh Nebukadnezar atau dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Nyawa mereka benar-benar bagai telur di ujung tanduk. Andai saja mereka takut itu sangat manusiawi, tetapi ternyata mereka tidak takut. Mereka berani menerima risiko yang sangat berat itu. Ini menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang beriman. Tentu saja mereka beriman bahwa Tuhan sanggup melepaskan mereka dari perapian yang menyala-nyala itu, bahkan dari tangan Raja Nebukadnezar. Mereka tidak meragukan Tuhan, mereka percaya kepada Tuhan. Namun seandainya Tuhan yang sanggup itu tidak menunjukkan kesanggupannya untuk menolong mereka, mereka tetap percaya kepada Tuhan. Hati mereka tetap berpaut pada Tuhan. Mereka tidak akan beralih kepada dewa yang dipuja oleh raja Nebukadnesar. Mereka juga tidak akan menyembah patung buatan Raja Nebukadnezar. Ditolong atau tidak, iman mereka tetap kepada Tuhan. 

    Di dalam perjanjian baru kita melihat contoh orang yang memiliki iman di atas rata-rata, yaitu Paulu. Di dalam diri Paulus ada duri dalam daging yang sangat menyiksanya. Dia sudah meminta Tuhan untuk membebaskannya dari penyakit itu. Tentu saja permintaannya itu dibarengi dengan iman dan pengharapan. Namun, Tuhan tidak mengabulkan permintaan Paulus. Mungkin saja dia kecewa tetapi Alkitab tidak mencatat bahwa Paulus mundur dari jalan Tuhan. Justru dia semakin giat melayani Tuhan. Imannya tetap kepada Tuhan. 

    Tidak bisa dimungkiri, kecenderungan kita juga mempunyai iman yang standar. Tidak ada salahnya kita memiliki iman standar. Tetapi kita tidak boleh puas dengan iman seperti itu. Usahakanlah sedapat mungkin untuk kita memiliki iman di atas rata-rata. Kesaksian kita menjadi sangat kuat dampaknya ketika kita memiliki iman di atas rata-rata. Tuhan Yesus memberkati.

Doa: 

Tuhan Yesus, berikanlah aku kemampuan untuk tetap beriman kepada-Mu tanpa harus memikirkan apa ada pertolongan bagiku atau tidak. Amin. (Dod).