Kencan Dengan Tuhan - Sabtu, 17 Agustus 2024
Bacaan:
Tetapi firman TUHAN: "Layakkah engkau marah?" (Yunus 4:4)
Renungan:
Suatu ketika saya bertemu seorang mahasiswi. Ia bercerita pada saya bahwa ia kecewa dan marah pada Tuhan karena Tuhan membiarkan saudara-saudara dari mamanya menghina dan mengejek serta merampas harta milik mamanya. Akibat dari perlakuan para saudaranya itu sang mama begitu tertekan, jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Ia berniat untuk balas dendam. Dia rela masuk neraka dan menjadi setan di neraka yang penting dendamnya terbalaskan.
Pertanyaannya, "Layakkah manusia marah kepada Tuhan?"
Yunus pernah marah kepada Tuhan karena pohon jarak yang menaunginya dimakan ulat, sehingga terik matahari menyakiti kepalanya. Lalu Tuhan menegurnya, "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?" Yunus marah karena sesuatu yang baik yang ada padanya diambil Tuhan, tanpa menyadari maksud Tuhan di balik semuanya itu, yaitu untuk membuatnya memahami akan kasih sayang Tuhan kepada Niniwe yang lebih besar daripada rasa sayangnya kepada pohon jarak. Di dalam ketidakmengertiannya, ia malah mempertegas kemarahannya kepada Tuhan, "Selayaknyalah aku marah sampai mati." Sebenarnya, layakkah Yunus marah kepada Tuhan? Tidak!
Sering kali kita pun menyimpan kemarahan seperti Yunus. Kemarahan kepada Tuhan karena kondisi kehidupan yang tidak berjalan sesuai dengan harapan kita. Kemarahan yang membutakan kita untuk mengerti maksud Tuhan di balik semua kepenatan kita. Kemarahan yang menghentikan kita untuk mencari tahu apakah ada kesalahan yang kita lakukan yang tidak sesuai dengan isi hati Tuhan, sehingga kita mengalami situasi yang tidak mengenakkan di dalam kehidupan kita.
Maukah kita belajar untuk menggali lebih dalam akar kemarahan kita kepada Tuhan dan menemukan bahwa sesungguhnya manusia tidak pernah akan menemukan alasan yang tepat untuk itu, karena Tuhan tidak pernah melakukan kesalahan apa pun dalam hidup kita? Jauhkan diri kita dari keangkuhan kemarahan Yunus yang merasa diri layak untuk marah kepada Tuhan sampai mati. Ingatlah nasihat Yakobus yang menyatakan dengan jelas, "Hendaklah cepat untuk mendengar... dan juga lambat untuk marah, sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah." Artinya, jika kemarahan menyusup, pertajam telinga kita untuk mengenal maksud Tuhan dibalik kejadian yang menimbulkan kemarahan kita. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku jika aku pernah marah kepada-Mu. Berikanlah aku hikmat supaya aku bisa memahami maksud-Mu di balik setiap masalah yang aku alami. Amin. (Dod).