"Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, — dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami — demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini. Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya." (2 Korintus 8:7, 9)
Renungan:
Suatu hari pada malam yang dingin, seorang pria sedang berdiri di balik jendela rumahnya sambil memandang ke arah luar. Dengan secangkir coklat panas di genggamannya, ia nampak menikmati sunyinya malam itu. Tiba-tiba ia melihat seseorang dari kejauhan. Orang tersebut nampak kesulitan untuk berjalan di cuaca yang dingin tersebut. "Kenapa dia berjalan di tengah cuaca yang sangat dingin ini? Apa yang sedang dialaminya? Oh Tuhan, jamahlah hatinya," kata pria tersebut di dalam hatinya. Tidak lama kemudian jarak mereka semakin dekat. Pria itu semakin jelas dapat melihat orang yang dilihatnya tadi. "Jaketnya sepertinya kurang tebal untuk cuaca sedingin ini. Sepatunya juga sepertinya rusak. Pasti dia sangat kedinginan. Tuhan, kasihanilah orang itu. Tolonglah dia," sekali lagi pria itu berkata di dalam hatinya. Karena malam telah larut, ia pun kemudian pergi tidur. Keesokkan harinya, saat ia hendak olahraga pagi, tidak jauh dari rumahnya itu, ia melihat orang begitu ramai. Ia pun berhenti sejenak untuk mengetahui apa yang terjadi. Ia sangat terkejut karena ternyata orang yang dia lihat semalam, pagi ini telah meninggal dunia.
Kisah seperti ini sering terjadi. Setiap diperhadapkan dengan mereka yang membutuhkan pertolongan, kebanyakan orang hanya sebatas simpati tanpa melakukan apa pun, tidak terkecuali para pengikut Yesus. Banyak pengikut Yesus yang hanya bisa berdoa tanpa melakukan apa pun. Mendoakan itu baik, namun mendoakan sekaligus melakukan sesuatu untuk mereka yang membutuhkan adalah jauh lebih baik. Tuhan tidak mengutus anak-anak-Nya ke dunia ini hanya untuk menjadi pendoa yang pasif. Seringkali bukan karena kurang uang yang membatasi kita untuk menolong, tetapi rasa tidak mau terlibatlah yang menjadi penghalangnya. Tentu kita tahu bagaimana Petrus bisa menjadi berkat bagi orang lumpuh meski emas dan perak tidak ada padanya, itu karena dia mau menolong (Kis 3:6). Kita pun tahu bahwa Yesus tidak cukup kaya untuk memberkati begitu banyak orang yang membutuhkan pertolongan-Nya selama Ia melayani di bumi ini. Tetapi, selain karena Dia memang mahakuasa, Dia menjadi penolong karena Dia memiliki hati yang mengasihi dan mau peduli.
Tuhan Yesus lahir ke dunia ini dengan tujuan menjadi "Penolong" bagi semua manusia. Oleh karena itu, semangat Natal janganlah sebatas perayaan saja, tetapi biarlah juga memberi semangat kita untuk meneladani-Nya dalam hal mengasihi dan peduli. Sebagai anak-anak-Nya, sudah seharusnya kita pun menjadi penolong bagi mereka yang membutuhkan. Mungkin kita tidak memiliki uang cukup, tetapi pasti ada hal lain yang bisa kita pergunakan untuk menolong. Hanya saja mau atau tidak kita terlibat dalam kesusahan orang lain. Hati kita hanya perlu terarah kepada Tuhan, agar tahu apa yang harus dilakukan. Selamat Natal. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena kelahiran-Mu di dunia menjadi penolong bagi ku. Bantulah aku untuk dapat meneladani-Mu dalam hal kasih dan kepedulian, sehingga melalui kehadiranku, nama-Mu semakin dimuliakan dan Kerajaan-Mu semakin diperluas. Amin. (Dod).