Kencan Dengan Tuhan - Sabtu, 29 Oktober 2022
"Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan." (Galatia 5:14-15)
Renungan:
Ada banyak perpecahan dan perselisihan timbul hanya karena masalah-masalah kecil. Kita saling menuding dan lebih celakanya kita memakai ayat-ayat firman Tuhan untuk saling membenarkan diri dan saling menyerang. Kita cenderung mengakhiri perselisihan dan pertengkaran dengan sikap saling bermusuhan. Demikianlah situasi yang dialami oleh jemaat di Galatia sehingga Paulus memperingatkan mereka, "Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan." Artinya jikalau kita tidak bijaksana di dalam menyikapi persoalan yang muncul, maka hubungan pertemanan kita dengan sesama akan mengalami kehancuran. Lalu bagaimana kita dapat menjadi bijaksana di dalam menyikapi persoalan yang timbul di dalam hubungan kita dengan sesama kita?
Perhatikan contoh-contoh berikut. Pertemanan yang sejati dapat kita lihat di antara Daud dan Jonatan, dimana mereka saling mengasihi. Kasih mengikat pertalian mereka dengan kuat. Namun tidak demikian halnya di antara Daud dan Saul. Iri hati dan kebencian merasuki hati Saul. Tetapi tetap saja Daud menyikapi kebencian Saul dengan sikap hati yang benar dan bahkan menempatkan Saul sebagai orang yang diurapi Tuhan melebihi emosi dan perasaannya yang terluka. Demikian pula perselisihan yang tajam timbul antara Paulus dengan Barnabas, juga Paulus dengan Petrus, ketika Paulus menegurnya dengan keras di hadapan banyak orang. Namun hal itu tidak menimbulkan perpecahan di antara mereka karena kekuatan kasih yang mengikat mereka sebagai pelayan-pelayan Tuhan. Demikianlah kasih harus menjadi dasar yang mengikat hubungan di antara sesama anak Tuhan. Jika tidak demikian maka kekuatan kasih akan mudah dikalahkan ketika emosi dan perasaan kita terusik.
Belajarlah dari Jonatan dan Daud dalam hal kekuatan untuk saling mengasihi. Belajarlah dari kegagalan Saul untuk tidak iri hati yang dapat menghancurkan persahabatan. Belajarlah dari Barnabas dan Paulus di dalam menyikapi persoalan dengan kekuatan karakter ilahi sebagai pelayan Tuhan. Belajarlah dari Petrus yang memiliki kebesaran hati untuk menerima teguran sehingga kita tidak meninabobokan perasaan tersinggung yang seringkali timbul. Dan akhirnya bercerminlah pada kebesaran kasih Kristus yang mampu menerima kita apa adanya, sehingga kita mudah menerima kekurangan dan kelebihan orang lain. Ingatlah kasih itu sabar, tidak cemburu, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain dan sabar menanggung segala sesuatu. Jadilah anak-anak Tuhan yang selalu membawa damai. Dengan demikian kita akan mengakhiri setiap perselisihan dan pertengkaran dengan jalan damai dan hati yang saling memaafkan. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, mampukanlah aku meredam emosi ketika ada sesuatu yang menyakitkan hatiku dan lebih mengedepankan kasih-Mu. Amin. (Dod).