"Mulut orang benar mengeluarkan hikmat, tetapi lidah bercabang akan dikerat. Bibir orang benar tahu akan hal yang menyenangkan, tetapi mulut orang fasik hanya tahu tipu muslihat." (Amsal 10:31-32)
Renungan:
Suatu ketika ada seorang gadis yang bercerita, "Sampai saya berusia 20 tahun, saya adalah seorang yang tidak percaya diri. Saya selalu merasa diri tidak berharga bila dibandingkan dengan kakak dan adik perempuan saya. Sampai suatu hari, tanpa sengaja saya mendengar kedua orang tua saya sedang membicarakan kami bertiga. Waktu itu saya mendengar bapak saya berkata, 'Di antara ketiga anak kita, Cindylah ( yaitu saya) yang bisa diandalkan.' Kata-kata pujian bapak saya tersebut telah mengubah cara pandang saya terhadap diri saya sendiri dan sekaligus mengubah cara-cara saya bertingkah laku dan bertindak."
Memuji orang lain secara tulus sama dengan memberikan hadiah yang berharga. Puji-pujian ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan keberanian bagi mereka. Tetapi sebaliknya, pujian yang pura-pura dan penuh perangkap akan menghancurkan orang yang menerimanya. Oleh karena itu, berikanlah pujian dengan penuh ketulusan hati jika pujian itu memang patut diberikan. Semua orang suka dan ingin menerima pujian, tetapi tidak banyak orang yang suka memberi pujian, karena pada dasarnya manusia lebih suka berpikir akan kebaikan dan kehebatan dirinya sendiri dan senang dengan kejelekan orang lain. Ia ingin merasa lebih berharga. Ini karena banyak orang yang salah memahami tentang konsep berharga. Mereka berpikir bahwa berharga itu berarti lebih baik dari orang lain, sehingga tanpa disadari mereka suka menjelek-jelekkan orang lain untuk menaikkan harga dirinya sendiri. Padahal akan ada orang yang selalu lebih baik dari kita. Kita berharga bukan karena kita lebih baik dari orang lain, tetapi karena Tuhan menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya dan karena Dia memberikan harga kepada kita seharga nyawa Tuhan Yesus sendiri yang telah dibuktikan-Nya dengan rela mati buat kita. Di luar Kristus kita tidak punya harga sama sekali.
Sesungguhnya, memberi pujian tidak hanya menguntungkan orang yang menerimanya, tetapi juga orang yang memberikan pujian. Memberi pujian melatih diri kita untuk berpikir positif, bukan negatif. Memberi pujian juga melatih kita untuk belajar memerhatikan orang lain serta menjauhkan kita dari kesombongan. Oleh karena itu, mari dengan rendah hati kita mengakui kelebihan dan kebaikan orang lain dengan cara memberikan pujian yang tulus kepada mereka yang memang layak menerimanya. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, berikan aku mata yang mau melihat segala kelebihan dan kebaikan orang lain, dan berikan aku hati dan mulut yang mau mengakuinya dengan tulus. Amin. (Dod).