"Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya. Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan meninggalkan Engkau. Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya." (Mazmur 73:25-28)
Renungan:
Keluarga Julichers, memelihara seekor anjing yang diberi nama Gilly. Suatu kali keluarga tersebut berencana mengadakan liburan. Mereka sepakat untuk berlibur beberapa hari ke Danau Kuba. Liburan pun tiba. Mereka menitipkan Gilly ke rumah orang tua mereka yang berada sekitar 80 km dari rumah mereka. Namun, tidak sampai satu hari menikmati liburan, mereka mendapat kabar bahwa Gilly kabur dari rumah orang tua mereka. Keluarga Julichers pun panik dan terpaksa mempersingkat jadwal liburan untuk mencari Gilly. Ternyata di luar dugaan, setelah hilang selama 19 hari, Gilly menemukan cara untuk pulang. Mereka menemukan Gilly berada 800 meter dari rumah mereka saat mereka hendak mencarinya lagi. Keluarga Julichers menjadi sadar betapa Gilly mencintai mereka sehingga ia mau menempuh perjalanan sejauh 80 km hanya untuk pulang dan bertemu dengan majikannya.
Sama seperti kerinduan anjing itu untuk senantiasa dekat dengan pemiliknya, bahkan sampai harus menempuh jarak puluhan kilometer, demikianlah seharusnya kita. Kita harus memiliki kerinduan untuk senantiasa dekat dengan Tuhan, pemilik hidup kita sepenuhnya. Kedekatan itu tidak hanya berbicara soal berapa kali kita pergi ke gereja, berapa banyak persembahan yang kita berikan, atau seberapa banyak kita mampu menghafal ayat-ayat firman Tuhan. Lebih dari itu, dengan segenap hati kita harus merendahkan diri dan menyerahkan segala sesuatu kepada kehendaknya. Sesungguhnya, jiwa kita merindukan Tuhan, lebih dari merindukan manusia dan barang yang fana di dunia ini. Sayangnya meski setiap orang sadar bahwa dirinya memerlukan kedekatan dengan Tuhan, namun tidak banyak orang yang benar-benar mencarinya. Mereka berpikir bahwa kebutuhan akan kedekatan dengan Tuhan dapat digantikan oleh yang lain, misalnya harta jabatan, status dan lain sebagainya. Berbeda dengan pemazmur, ia menguraikan isi hatinya bahwa ia suka dekat dengan Tuhan. Dekat dengan Tuhan itulah yang membuatnya merasa nyaman di dalam situasi apapun. Pemazmur berkomitmen bahwa sekalipun daging dan hatinya habis lenyap, tetapi Tuhanlah yang menjadi bagiannya. Artinya, selama hidupnya, Tuhan menjadi milik yang akan terus dipertahankan. Pemazmur menyadari bahwa selain merasa nyaman, kedekatan dengan Tuhan akan membuatnya bisa merasakan kebaikan Tuhan. Kedekatan dengan Tuhan itulah yang membuat pemazmur dengan yakin mau menyaksikan pekerjaan tuhan kepada orang lain.
Sudahkah kita bersikap seperti pemazmur, menjadikan Tuhan sebagai bagian terpenting dalam hidup kita? Untuk itu, dekatkanlah diri kita kepada-Nya. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk senantiasa menyadari bahwa kedekatan dengan Engkau adalah satu hal terpenting di dalam hidupku ini. Amin. (Dod).