"Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya." (Matius 1:24)
Renungan:
Benjamin Franklin berkata, "Bukalah matamu lebar-lebar sebelum pernikahan, dan setengah tertutup sesudahnya." Inti dari perkataan Benjamin Franklin ini adalah melihat latar belakang seseorang yang akan menjadi pasangannya, lalu meyakini sebagai pasangannya dan untuk selanjutnya menikahinya dengan menjauhkan rasa penyesalan yang bisa saja muncul di kemudian hari.
Untuk masalah ini sepertinya Yusuf mencoba realistis dengan melihat keadaan Maria yang akan menjadi pasangannya. Dia merasa tidak sanggup untuk melanjutkan hubungan dengan Maria ke tahap selanjutnya, yaitu pernikahan. Sebab Yusuf melihat keadaan Maria yang secara manusia akan membuatnya menyesal di kemudian hari kalau dia menikahinya, karena Maria sudah mengandung dan hal ini membuat Yusuf kecewa. Kita bisa melihat reaksi Yusuf seperti yang dikatakan dalam Matius 1:19, "Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam." Seandainya Yusuf berhasil menceraikan Maria, maka dia akan merasa tenang. Namun bagaimana dengan Maria? Apa yang akan dia alami jika orang tahu bahwa dia mengandung tanpa suami? Tidak ada penjelasan apakah Yusuf memikirkannya sejauh itu atau tidak, namun keinginannya menceraikan Maria menunjukkan bahwa dia hanya memikirkan perasaannya sendiri.
Namun pada akhirnya Yusuf harus melanjutkan hubungannya dengan Maria ke tahap pernikahan, karena Malaikat Tuhan mendatanginya dalam mimpi dan menjelaskan tentang bayi yang dikandung Maria. Menarik untuk diperhatikan bahwa di dalam kekecewaannya, Yusuf tidak bertindak semena-mena kepada Maria. Yusuf tetap menghormati Maria. Setelah Malaikat hadir dalam mimpinya, Yusuf mau menerima Maria apa adanya sebagai istrinya. Yang dilakukan Yusuf adalah demi terwujudnya rencana Tuhan dalam misi penyelamatan manusia. Sekalipun dia harus menderita dengan mengorbankan perasaannya, tetapi dia bersedia dipakai untuk menjadi alat Tuhan. Mari kita teladani Yusuf, dengan mau mengorbankan perasaan kita, yang penting pekerjaan Tuhan bisa berjalan dengan baik. Abaikan sikap orang lain yang merendahkan dan mencemooh kita ketika kita melakukan pekerjaan Tuhan. Yang penting rencana Tuhan terwujud di dalam dan melalui kita. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, terkadang pekerjaan-Mu yang kulakukan membuatku harus mengorbankan perasaanku, namun aku rela demi terwujudnya rencana-Mu yang indah. Amin. (Dod).