"Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati." (2 Korintus 1:8-9)
Renungan:
Ada seorang ibu yang memunyai seorang anak berusia 5 tahun. Suatu hari anaknya mengalami luka bakar yang cukup parah di bagian tungkainya. Dokter yang menanganinya tidak bisa lagi melakukan usaha apa-apa, mereka angkat tangan dan mengatakan bahwa anaknya tidak akan bisa berjalan lagi seumur hidupnya. Dia akan cacat selamanya. Anaknya tahu tentang vonis dokter yang dijatuhkan padanya, tetapi ia tidak pernah menyerah pada apa yang dokter katakan. Di dalam hatinya ia bertekad untuk bisa berjalan lagi. Ketika masih terkapar di tempat tidur dengan kaki yang kurus kemerahan karena luka bakar yang dialaminya, ia bahkan bertekad untuk bisa berjalan dalam jangka waktu yang tidak lama lagi. Setiap hari ibunya menyaksikan anaknya berusaha sekuat tenaga untuk belajar berjalan. Tangannya berusaha meraih gagang sebuah alat pembajak yang ada di dekat rumahnya dan sambil berpegangan pada alat tersebut ia melatih kakinya yang cacat. Bagi mereka yang melihatnya, barangkali ini merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Tetapi bermodalkan sebuah tekad dan harapan di dalam hatinya, anak tersebut berusaha melatih kaki-kakinya. Usaha itu tidak mudah, ia harus menahan rasa sakit di setiap langkahnya. Namun apa yang terjadi? Tidak lama kemudian ia sudah bisa berlari meski sangat lambat, tetapi makin lama ia bisa berlari cepat. "Sebelumnya aku sudah mengatakan bahwa aku pasti bisa berjalan lagi, bahkan aku akan berlari lebih cepat dari siapapun," katanya. Pada tahun 1936 ia meraih prestasi lari untuk jarak 1 mil dalam waktu 4,06 menit. Untuk saat itu, ini merupakan rekor dunia.
Sesungguhnya tidak seorang pun yang dapat menghambat atau menghalangi kita untuk maju, berubah menjadi lebih baik dan meraih sukses, kecuali diri kita sendiri. Tekad dan harapan adalah dua sahabat yang akan mendampingi kita untuk meraih sesuatu yang kita mimpikan. Memang ada hal-hal tertentu yang tidak bisa diubah hanya oleh tekad dan harapan saja. Tetapi jangan pernah lupa bahwa tekad dan harapan berperan penting di dalam meraih apa yang kita mimpikan. Tekad dan harapan kita sebagai murid-murid Tuhan Yesus, bukan tidak memiliki dasar apapun. Paulus sempat berputus asa atas hidupnya karena begitu beratnya beban yang ia tanggung. Namun kemudian, ia menyadari bahwa hal itu terjadi agar ia tidak menaruh kepercayaan pada diri sendiri, melainkan kepada Allah. Itulah yang mendorongnya untuk terus menaruh pengharapan hanya kepada Allah saja. Bagaimanapun keadaannya, ia percaya bahwa Allah akan menolongnya dan menyelamatkannya.
Apakah kita sedang dalam keputusasaan dan menyerah pada keterbatasan kita saat ini? Jangan berhenti berharap, teruslah berusaha karena tangan Allah yang kuat senantiasa menyertai kita. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau selalu ada untukku. Aku percaya tidak ada yang mustahil bila aku mengandalkan Engkau. Amin. (Dod).