Listen

Description

"Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia." (Filipi 2:14-15)

Renungan:

   Seorang anak sedang menyapu halaman rumahnya yang ditumbuhi beberapa pohon belimbing. Daun belimbing yang sering rontok sangat merusak pemandangan dan setiap hari hari ia harus menyapu nya. Anak itu melakukan pekerjaan menyapu halaman dengan rajin, tetapi lama-kelamaan ia merasa kesal juga karena dalam waktu beberapa jam saja daun-daunnya sudah berjatuhan lagi. Dalam kekesalan, anak itu bersandar di pohon belimbing sambil memikirkan bagaimana caranya agar ia tidak banyak membuang tenaga untuk menyapu halaman. Melihat gelagat si anak, ayahnya mendekatinya dan berkata, "Kelihatannya kamu sedang kesal? Apa yang sedang kamu pikirkan?" Iya Yah, saya sedang berpikir bagaimana agar daun-daun belimbing ini tidak berjatuhan lagi ke tanah. Dengan begitu kan saya tidak akan capek menyapu terus-menerus," jawab si anak. "Begini saja, bagaimana kalau kamu menggoyang-goyangkan pohon-pohon belimbing ini agar daun-daunnya jatuh," saran ayahnya. Sambil meloncat kegirangan si anak berlari dan mulai menggoyang-goyangkan pohon belimbing mereka. "Ini ide yang bagus Ayah," katanya. Hari itu si anak merasa sangat puas dan malam hari pun dia bisa beristirahat dengan nyenyak. Di dalam hati ia berpikir bahwa esok hari ia tidak perlu bangun pagi-pagi lagi untuk menyapu halaman, karena tidak akan ada daun yang jatuh. Namun betapa terkejut dan kecewanya si anak karena keesokan harinya ternyata daun daun belimbing masih berjatuhan di halaman. Saat itu ayahnya datang dan berkata kepadanya, "Daun-daun yang rontok adalah suatu kenyataan yang tidak dapat diubah, apalagi kalau tiba musim gugur. Kita tidak dapat mengubah segala sesuatu menjadi sesuai dengan keinginan kita. Yang dapat kita ubah adalah diri kita, dalam hal ini hati kita. Jika engkau harus menyapu setiap hari, kerjakanlah itu dengan hati yang bersyukur dan tidak menggerutu," nasihat ayahnya. 

   Ketika bangun pagi ini, apakah ada gairah yang baru untuk melakukan aktivitas dan tanggung jawab yang harus kita kerjakan atau sebaliknya kita memulai hari ini dengan berat hati dan bersungut-sungut? Kita jenuh dan malas untuk mengerjakan sesuatu dan berharap segalanya berubah menjadi seperti yang kita harapkan? Jika ini yang terjadi, mari ubah sikap hati kita menjadi hati yang bergairah dan tidak bersungut-sungut mengerjakan tanggung jawab kita. Dengan demikian pekerjaan yang kita lakukan akan terasa lebih ringan dan menyenangkan, karena sebenarnya berat tidaknya pekerjaan terletak pada sikap hati kita. Hanya dengan sikap hati yang bersyukurlah kita bisa melalui setiap hari dengan kemenangan. Mari kita menjadikan setiap hari sebagai hari yang indah dan memandang setiap tugas pekerjaan yang harus kita kerjakan sebagai ibadah yang indah dimata Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.  

Doa:

Tuhan Yesus ajarilah aku mengerjakan pekerjaan ku dengan tidak bersungut-sungut, dan memandangnya sebagai ibadah kepada-Mu. Amin. (Dod).