"Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." (Filipi 2:4)
Renungan:
Ada seorang anak perempuan bernama Clara berusia 15 tahun menulis surat untuk mamanya. Surat itu berbunyi demikian:
"Ternyata dirimu terlihat lebih cantik tanpa baju yang rapi, tanpa warna-warni di wajahmu dan tanpa wewangian yang semerbak harumnya. Aku sangat senang melihatmu tanpa semuanya itu. Hatiku lebih senang lagi jika melihatmu membuatkanku sarapan, memasak makanan yang enak, menanam bunga bersamaku, membantuku mengerjakan PR, memarahiku jika aku nakal, mengantar dan menjemputku sekolah, mendengarkan ceritaku dan mencemaskanku ketika aku sakit. Walau saat ini semuanya hanya ada di angan-anganku, tetapi aku yakin suatu saat nanti semuanya itu akan terwujud. Sekalipun nantinya kulitku menjadi keriput, rambutku tidak lagi hitam dan usiaku tidak lagi pantas untuk mengecap semuanya itu, aku tidak akan marah dan menolak jika harapanku baru terwujud. Aku sangat menyayangimu, Ma. Aku ingin mama ada di sisiku, walau hanya satu jam saja."
Surat itu dibuat 2 tahun sebelum anak itu divonis dokter menderita kanker darah, dan baru dibaca oleh ibunya satu jam sebelum Clara menghembuskan nafas terakhirnya. Surat itupun tidak sengaja ditemukan oleh sang ibu ketika hendak merapikan meja yang tepat berada di sisi tempat tidur anaknya. Ketika membaca surat itu, air matanya tidak terbendung lagi, hatinya begitu hancur karena selama ini ia tidak mengetahui bahwa anaknya begitu merindukan kehadirannya, dan ia menyesal karena baru mengetahui isi hati sang anak ketika anaknya tidak lagi memiliki waktu yang lama untuk hidup. Tetapi ia bersyukur karena Tuhan masih memberikan kesempatan kepadanya untuk mewujudkan harapan puterinya itu, meski tidak semua yang ditulis di dalam surat tersebut dapat diwujudkannya karena kebersamaan itu hanya berlangsung selama satu jam saja.
Saat ini ada banyak anak memiliki harapan yang sama dengan Clara. Hal ini dikarenakan mereka terlahir dari orang tua modern. Orang tua modern tidak lagi memiliki waktu, karena waktu mereka telah habis digerogoti oleh kesibukan, sehingga mereka tidak dapat melihat ada hati lembut yang sedang terluka. Apakah kita salah satunya? Jika ya, kita termasuk orang tua yang tidak beruntung di dunia ini. Kita telah kehilangan waktu bersejarah dan terindah. Kita telah menyia-nyiakan bonus yang Tuhan berikan kepada kita. Ingat, waktu begitu cepat berlalu. Masa-masa indah ketika anak kita bertumbuh dan ketika kelucuan alami keluar dari dalam diri mereka, tidak akan pernah lagi terulang. Sekarang adalah saatnya bagi kita untuk memperbaiki semua itu. Mungkin selama ini kita berpikir bahwa kita bekerja terlalu keras dengan alasan 'semua aku lakukan untuk masa depan anakku.' Sadarilah, kebutuhan anak kita tidak hanya sebatas materi, sebab ada kebutuhan yang jauh lebih penting, yaitu waktu dan kasih sayang kita. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, ampuni aku kalau selama ini aku telah membuat hati anakku tawar, karena kerinduannya untuk dekat denganku tidak pernah kuberikan karena kesibukanku. Kini, mampukan aku agar aku dapat menjadi orang tua yang baik bagi anakku. Amin. (Dod).