"Allah, Dialah yang menjadi tempat pengungsianku yang kuat dan membuat jalanku rata; yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit; yang mengajar tanganku berperang, sehingga lenganku dapat melengkungkan busur tembaga." (2 Samuel 22:33-35)
Renungan:
Jessen kecil mengeluh ketika disuruh membawa tas sekolahnya. "Ma, berat nih," katanya sambil meletakkan kembali tasnya. "Kamu belum terbiasa. Sini Mama bantu," kata mamanya. Jessen pun tersenyum lebar sambil memberikan tas tersebut pada mamanya. "Bukan begitu maksudnya. Kamu bawa tas itu dengan punggungmu, lalu Mama menopang di bawahnya," kata Mama. Sekalipun sambil cemberut, Jessen tetap membawa tasnya sampai di sekolah. Ini terjadi sampai 6 hari. Tetapi dia tidak menyadari bahwa mamanya mulai melepaskan tangannya dari tas itu. Di hari Senin berikutnya, Jessen tidak berkata apa-apa dan dia dengan semangat pergi ke sekolah sambil membawa tas punggungnya itu. Seakan-akan dia lupa bahwa selama seminggu dia mengeluh karena merasa berat membawa tas sekolahnya. Mamanya sengaja hendak membawakan tasnya, tetapi Jessen berkata, "Biar saya yang bawa, Ma." Ketika pulang sekolah mereka singgah di Alfamart untuk belanja makanan kering. Jessen berkata kepada Mamanya, "Masukkan di tas saya saja Ma, nanti saya yang bawa." Jika diperhatikan, ada suatu perubahan dalam diri Jessen, yaitu dari yang tidak kuat membawa tas menjadi kuat membawa tas yang bebannya bertambah. Ini terjadi karena Jessen menjadi terbiasa membawa tasnya dan dia tidak mengeluh lagi. Menariknya, dia malah bisa menolong mamanya.
Jessen kecil itu seringkali menggambarkan kita. Ketika masalah datang menerpa kita, kita langsung mengeluh dan berusaha mencari alasan untuk menghindar dari masalah itu. Lalu kita berdoa, "Tuhan, berat sekali masalah ini. Singkirkanlah dari hidupku." Itulah yang dilakukan bangsa Israel sesaat setelah mereka menyeberangi Laut Teberau, "Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa kata mereka: "Apakah yang akan kami minum?" (Keluaran 15:24). Bangsa Israel tidak sadar bahwa Tuhan baru saja mengeringkan Laut Teberau sehingga mereka bisa menyebranginya di tanah yang kering. Namun demikian, Tuhanpun menolong mereka. Hal ini terjadi berkali-kali selama perjalanan mereka di padang gurun. Sayangnya kebanyakan dari bangsa Israel tidak menjadi terlatih karena mereka terus mengeluh. Berbeda dengan Yosua dan Kaleb, di mana akhirnya merekalah yang kuat sampai akhir dan turut menerima tanah pusaka di Kanaan. Sama halnya dengan Daud, dia sering mengalami penderitaan, tetapi ucapan syukur dan pujiannya jauh lebih kuat daripada keluhannya. Yang menarik adalah pengakuan Daud bahwa Tuhanlah yang mengajar tangannya berperang sehingga lengannya dapat melengkungkan busur tembaga. Oleh sebab itu, sebagaimana kita tahu, Daud masih tetap berada di puncak ketika ajal menjemputnya. Suatu sukses yang luar biasa.
Untuk mencapai kematangan rohani dan mental, kita perlu latihan. Mari kita relakan hati untuk menerima penderitaan dan tidak mengeluh. Jika kita mau dilatih, sesungguhnya kita sedang dipersiapkan untuk turut menanggung beban sesama, suatu kepercayaan besar dari Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, sekarang aku tahu bahwa penderitaan yang aku alami sesungguhnya mempersiapkan diriku untuk Engkau pakai menolong orang lain. Amin. (Dod).