Listen

Description

"Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia." (Mazmur 103:13)

Renungan: 

   Mathilda terus semakin tersiksa dengan kondisi yang dialami. Semua yang terjadi dalam hidupnya bagaikan tikaman sebuah pisau yang terus-menerus ditancapkan ke perutnya. Mathilda terbuang dari sejak lahir. Saat Ibunya sedang mengandung dirinya, ayahnya berselingkuh dan jarang pulang ke rumah. Ibunya selalu menjadi sasaran amukan ayahnya. Hal ini membuat ibunya marah dan membenci Mathilda yang sedang ia kandung. Akhirnya Ibunya membuang anak itu ke tong sampah di depan rumah sepasang suami istri yang kaya. Anak itu akhirnya dirawat oleh pasangan kaya tersebut dan dianggap seperti anak kandungnya sendiri. Namun setelah dewasa, mathilda tetap merasakan kekosongan besar di hatinya. Ia rindu ayah kandungnya. Suatu ketika ibunya bertemu kembali dengan Mathilda dan menceritakan bagaimana kejahatan yang ayahnya lakukan dahulu. Mathilda terkejut namun hati kecilnya tetap tidak rela, ia mau bertemu ayahnya. Di saat itulah ibunya membentak, "Anggap saja ayahmu tidak ada! Kalau dia mau peduli sama kamu, harusnya sudah dari dulu! Jangan pikirkan dia lagi, anggap sudah mati!" Matilda hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Dirinya yang sebelumnya kelihatan seperti wanita tangguh, kini terlihat sangat rapuh. Meskipun ia telah mendapatkan orang tua pengganti yang sangat mengasihinya dan juga bertemu kembali dengan ibu kandungnya, tetapi itu tetap tidak cukup. Hatinya tetap menjerit, "Ayah! Di mana kamu berada? Aku ingin bertemu ayah satu kali saja sebelum aku mati!" 

   Banyak orang mengalami tragedi yang serupa dengan yang dialami Mathilda. Beberapa orang terlahir tanpa sosok Ibu dan beberapa orang terlahir tanpa sosok ayah. Ada yang terlahir tanpa sosok keduanya dengan berbagai macam sebab, entah karena orang tuanya meninggal atau karena mereka sengaja menelantarkan anaknya. Kekosongan itu begitu menggigit perasaan dan hati setiap orang yang mengalaminya. Kenyamanan hidup di dunia dan segala sesuatu yang dunia tawarkan tidak cukup untuk mengisi kekosongan itu. Jadi, dengan apakah hati yang kosong karena kehilangan figur orang tua itu harus diisi? 

   Hanya ada satu pribadi yang bisa mengisi kekosongan hati kita, yaitu Tuhan. Mengapa demikian? Karena hanya Tuhan yang sanggup memberikan kasih sayang sejati yang kita butuhkan. Pemazmur mengenal betul pribadi Tuhan yang begitu menyayangi anak-anak-Nya. Semua air mata yang keluar dari matanya dan semua doa-doa serta harapan yang keluar dari mulutnya, selalu diperhatikan Tuhan. Tuhan mengerti betul apa yang anak-anak-Nya rasakan. Dia tahu ada kekosongan di dalam hati anak-anak-Nya. Yang dia mau adalah agar anak-anaknya bersedia membuka hati baginya untuk mengisi kekosongan itu. Namun, Tuhan tidak akan memaksa kita. Semua tergantung kesediaan kita menerima-Nya di dalam hati kita. Mari, izinkan Tuhan mengisi kekosongan hati kita. Tuhan Yesus memberkati.

Doa:

Tuhan Yesus, masuklah dalam hatiku dan penuhilah aku dengan kasih sayang-Mu. Sebab aku sangat merindukan sentuhan dan pelukan kasih-Mu. Amin. (Dod).