Listen

Description

"Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan. Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang. Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan." (Ibrani 12:14-16)

Renungan:

  Arthur karyawan baru pada sebuah perusahaan, pada suatu hari tanpa disengaja mendengar percakapan dua seniornya. Mereka sedang merencanakan penggelapan uang perusahaan. Arthur ketahuan dan ditawari uang tutup mulut. Tergiur dengan tawaran itu, ia setuju. Apa yang terjadi 3 bulan kemudian? Arthur dan 2 seniornya sama-sama dipecat. 

  Firman Tuhan yang kita baca hari ini merupakan sebuah panggilan kepada orang-orang Ibrani untuk menjaga diri supaya hidup kudus. Mereka harus menjadi kuat di tengah pencobaan. Mereka harus senantiasa mengutamakan hubungan yang baik, ketenangan, kesatuan, serta persekutuan dengan orang benar.  Merekapun 

Diajak untuk menjaga diri supaya jangan sampai timbul akar pahit yang menyebabkan rusaknya keselarasan hubungan baik di antara sesama jemaat. 

  Nafsu rendah Esau itu menandakan sikap yang mengabaikan dan memandang remeh kehidupan yang kudus. Sebaliknya, ia memilih hawa nafsu yang rendah. Ia mengasihi hal-hal duniawi sehingga kehilangan hak kesulungan dan kepekaan rohani. Ia menukarkan damai sejahtera dan kekudusan dengan ketenangan duniawi yang bersifat hanya sementara. Ketika Esau berusaha mengubah keadaan itu, ia gagal karena sudah terlambat. Esau bersalah karena melakukan dosa dengan sengaja dan tak bisa lolos dari akibat perbuatannya sendiri. 

  Bagaimana dengan kita? Apakah kita akan melepaskan berkat yang bernilai kekal dari Tuhan hanya untuk sesuatu yang bersifat sementara? Tuhan Yesus memberkati.

Doa:

Tuhan Yesus, ampuni aku karena terkadang dalam hidupku aku selalu perhitungan dengan-Mu. Aku selalu menimbang untung ruginya bila aku mau melakukan hal-hal yang bersifat rohani. Tetapi untuk hal yang bersifat duniawi dan mengorbankan kekudusan tubuhku, aku rela melakukannya bahkan pada akhirnya menjadi kebutuhan utamaku. Amin. (Dod).