"Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." (Efesus 6:4)
Renungan:
Ada seorang suami yang pernah mengalami tekanan karena banyaknya urusan, janji dan pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu yang singkat. Hal ini sangat memengaruhi caranya bersikap terhadap anggota keluarganya. Ia sering membentak istri dan anaknya. Lambat laun sikapnya itu membuat anggota keluarganya takut. Ia bercerita, "Aku masih ingat malam itu. Selesai makan anak bungsuku berkata bahwa ia mau menceritakan padaku sebuah kejadian penting yang dialaminya di sekolah hari itu. Ia berjanji akan menceritakan itu secara cepat agar tidak menggangguku. Menyadari sikapku yang membuat seisi rumah menjadi takut, aku kemudian berkata, 'Sayang, kamu tidak perlu menceritakannya secara cepat. Ayah punya waktu untukmu. Ceritakan saja perlahan-lahan.' Lalu anak bungsuku itu berkata, 'Tapi ayah juga harus mendengarkannya baik-baik, jangan terburu-buru.'"
Baik atau tidaknya sikap yang kita tunjukkan terhadap seseorang atau sesuatu, ditentukan oleh seberapa besar perhatian yang kita berikan terhadapnya. Jika perhatian yang kita berikan untuk pekerjaan lebih besar daripada suami, istri atau anak-anak, maka kita akan merasa kesal ketika mereka meminta waktu kita, atau kita akan memberikan waktu kita tetapi hanya dengan setengah hati.
Kapan kita terakhir berbincang-bincang tentang pekerjaan, sekolah atau cerita masa lalu kepada pasangan, anak atau orang tua kita? Apakah kita menanggapi dengan sungguh-sungguh dan memberikan waktu kita sepenuhnya untuk mereka? Kalau belum, mulailah hari ini, supaya jangan terlambat sehingga mereka tidak mencari figur lain di luar rumah untuk berbagi cerita. Waktu kita memang berharga, tetapi senyuman dan cerita anggota keluarga tidak ternilai harganya. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, sudah lama aku kehilangan senyum dan keceriaan anggota keluargaku karena kesibukanku. Saat ini aku mohon pada-Mu, kembalikan hatiku pada keluargaku dan kembalikan hati keluargaku padaku, sehingga ikatan yang sempat renggang dapat menyatu kembali bahkan semakin kokoh. Amin. (Dod).