Listen

Description

Kata-Nya kepada mereka: "Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita." (Lukas 22:15)

Renungan:

  Di sekolah kami sudah  hampir 2 bulan melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas. Ketika pertama kali pembelajaran tatap muka ini dilaksanakan di masa pandemi covid 19, saya melihat wajah-wajah cerah dari murid-murid setelah hampir 2 tahun mereka di rumah saja tidak pernah bertemu teman dan guru secara langsung. Saya sempat bertanya kepada beberapa murid tentang perasaan mereka ketika diizinkan orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran tatap muka di sekolah. Jawaban mereka adalah senang karena mereka sudah rindu untuk bertemu teman-teman dan guru-guru. Ada beberapa orang tua yang sebenarnya khawatir kalau anak-anaknya masuk sekolah, tetapi air mata dan rengekan anak-anaknya pada akhirnya membuat orang tuanya mengizinkan mereka untuk masuk sekolah. Kerinduan anak-anaknya untuk sekolah pada akhirnya mengalahkan rasa takut dan cemas orang tua karena pandemi covid 19 belum berakhir, sehingga mereka mengizinkan anak-anaknya untuk masuk sekolah.

  Yesus pun pernah mengalami rasa rindu pada murid-murid-Nya. Ia sangat rindu makan Paskah bersama murid-murid-Nya. Ia ingin bersama murid-murid-Nya untuk sejenak saja tanpa kehadiran orang lain. Ia ingin bercakap-cakap dengan mereka secara pribadi. Kerinduan untuk makan Paskah bersama-sama dengan para murid-Nya sebelum ia menderita, seakan-akan menjadi penghiburan bagi-Nya agar dapat menjalani penderitaan yang akan segera datang dengan penuh sukacita dan membuat penderitaan ini menjadi lebih mudah ditanggung.

  Mungkin saat ini ada di antara kita yang sedang merasa rindu terhadap seseorang, rindu untuk bepergian jauh, rindu untuk berkumpul bersama keluarga dan rindu untuk makan makanan tertentu. Namun apakah kita juga rindu untuk hidup dekat dengan Tuhan? Apakah rasa rindu pada Tuhan sudah mulai memudar, sehingga tidak ada lagi keinginan untuk berdoa, beribadah dan membaca firman-Nya. Ketahuilah bahwa Tuhan setiap saat selalu merindukan kita untuk hadir dalam jam-jam doa kita. Kalau kita pernah merasakan begitu menyesakkan menahan rindu pada seseorang, maka seperti itulah rasa kerinduan Tuhan terhadap kita. Mari, kita obati rasa rindu Tuhan terhadap kita dengan mulai mengatur ulang kembali jam-jam doa kita serta mulai menata kembali mezbah doa kita yang telah hancur karena kedagingan kita yang lebih kuat. Tuhan Yesus memberkati.

Doa:

Tuhan Yesus, ampuni aku karena aku sering membiarkan Engkau menungguku di pintu hatiku dan tidak membiarkan Engkau masuk ke dalamnya, karena hatiku tertutup oleh hal-hal duniawi yang memberi kenikmatan sesaat. Kini aku membuka hatiku untuk-Mu. Masuklah dan berkuasalah secara bebas dalam diriku. Amin. (Dod).