Listen

Description

"Janganlah memandang rendah saudaramu, pada hari kemalangannya, dan janganlah bersukacita atas keturunan Yehuda pada hari kebinasaannya; dan janganlah membual pada hari kesusahannya." (Obaja 1:12)

Renungan:

  Suatu hari ada seorang wanita sedang berjalan-jalan di area gedung olah raga. Ternyata di sana sedang diselenggarakan pertandingan lomba lari antar anak-anak. Karena ia menyukai anak-anak, maka ia duduk di pinggir untuk melihat anak-anak itu berlari. Ada tujuh anak yang sedang berlari menuju garis finish. Namun baru delapan langkah, seorang anak perempuan terpeleset dan jatuh. Karena merasa kesakitan, ia mulai menangis. Ternyata tangisan si anak perempuan tersebut membuat teman-temannya berhenti berlari dan berjalan mendatanginya. Salah satu dari mereka memegang kaki si anak perempuan tersebut dan menciumnya sambil berkata, "Nah, sudah aku cium. Jangan menangis." Ucapan si teman membuat si anak perempuan berhenti menangis dan kemudian tersenyum. Lalu ia dibantu teman-temannya yang lain dan berjalan beriringan bersama-sama ke garis finish. Tentu saja aksi anak-anak itu mendapat tepuk tangan meriah dari para penonton. Si wanita yang hanya melihat dari bangku penonton pun ikut terharu. Apalagi ia baru menyadari kalau banner di atas tulisannya  adalah lomba lari itu untuk anak-anak berkebutuhan khusus. 

  Di dalam kehidupan ini pasti ada kebahagiaan dan kesedihan. Kitab Obaja menuliskan bahwa janganlah dalam hidup ini kita senang jikalau orang lain susah. Sebaliknya, janganlah kita susah jika orang lain senang. Intinya adalah dalam kehidupan ini hendaklah kita memiliki rasa empati satu dengan yang lain. Empati berarti menempatkan posisi diri kita di posisi orang lain, dengan begitu kita bisa lebih menghargai satu dengan yang lain. Teladan sikap empati yang utama adalah Tuhan Yesus sendiri. Dia yang adalah Allah dengan segala kuasa dan kesempurnaan-Nya rela menjadi manusia seperti kita. Dia benar-benar menjadi seperti kita, sehingga Dia benar-benar memahami setiap pergumulan dan setiap kelemahan kita. 

  Apakah saat ini kita masih ingin hidup berfokus pada diri sendiri ataukah kita mulai mencoba membangun rasa empati terhadap sesama dalam kehidupan kita? Marilah kita menjadi berkat untuk sesama, seperti Tuhan Yesus yang tidak hidup hanya untuk diri-Nya sendiri, namun justru memberikan hidup-Nya bagi kita semua agar kita yang seharusnya binasa tetapi mendapatkan kehidupan kekal bersama-Nya. Tuhan Yesus memberkati. 

Doa:

Tuhan Yesus, taruhlah roh belaskasih-Mu dalam diriku, sehingga aku peka dan cepat tergerak untuk membantu orang lain yang mengalami kesusahan. Amin. (Dod).