"Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-14)
Renungan:
Seorang terpidana yang telah dijatuhi hukuman mati atau hukuman seumur hidup, akan mulai berpikir bahwa tidak ada lagi harapan baginya. Yang akan dilihatnya hanya kematian yang tidak lama lagi, atau bagi hukuman seumur hidup akan menghabiskan hari-harinya di dalam penjara tanpa melihat dunia luar. Harapan untuk berkumpul dengan keluarga kembali rasanya tidak mungkin lagi. Harapan untuk hidup normal dan memulai sesuatu yang barupun sudah tidak ada gunanya lagi. Semuanya hanya tinggal sebatas tembok penjara. Tidak ada gunanya bermimpi sebab tidak akan pernah menjadi kenyataan. Keadaan seperti itu merupakan harga yang harus dibayar atas semua kejahatan yang pernah mereka lakukan.
Bagaimana dengan kita? Seringkali tanpa kita sadari banyak di antara kita yang hidup di luar tembok penjara, kita bebas secara fisik namun terpenjara dalam hati dan pikiran kita. Ada tembok kegagalan yang terus mengurung kita. Ada tembok sakit hati yang menghalangi kita untuk menikmati indahnya hidup dalam damai sejahtera. Ada tembok masa lalu yang buruk yang terus mengintimidasi kita untuk tidak melakukan apa-apa dalam hidup ini. Ada tembok kepedihan dan penderitaan yang tidak mengizinkan kita untuk mencoba mengambil kesempatan baru dan melakukan sesuatu bagi masa depan kita. Jangan biarkan penjara-penjara itu mengurung kita. Kita bisa keluar dari sana, sebab sekalipun tembok itu tinggi, tetapi ada pintu di sana dan kita telah memegang kunci pintu itu. Bukalah pintu itu dengan berkata, "Aku mau mengampuni. Aku mau melupakan apa yang di belakangku. Aku mau berharap pada Tuhan sebab masa depanku indah karena ada di tangan Tuhan. Aku mau mencoba untuk memulai sesuatu yang baru dan aku mau keluar dari penjara ini."
Kita memang bukan orang yang sempurna. Kita merasakan sakit hati ketika ada orang yang menyakiti kita. Kita merasakan takut ketika masalah yang kita hadapi belum juga selesai. Kita merasakan khawatir dan hampir hilang harapan ketika kita mengalami kegagalan. Kita merasakan minder dan takut ketika kita ingat kembali masa lalu kita yang buruk. Dengan diri kita yang seperti ini, siapa orang yang mau menerima kita? Itu benar, jika yang menilai kita itu adalah manusia. Tapi lihatlah Allah. Dia sanggup mengubah Rasul Paulus, si manusia yang kejam, keras, penganiaya dan pembunuh itu, menjadi orang yang penuh cinta kasih Tuhan dan hidup untuk Injil. Jika Rasul Paulus saja sanggup Allah ubah, apalagi diri kita. Bagaimana caranya? Lupakan semua yang ada di belakang kita, kegagalan kita, masa lalu kita yang kelam. Ampuni orang-orang yang sudah menyakiti kita. Arahkan diri kita dan berlarilah kepada Allah, maka Allah akan mengubah hidup kita. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Allah Roh Kudus, masuklah dalam hatiku, bebaskan aku dari penjara kebencian, dendam, egois, kesombongan, masa lalu yang kelam, dan segala hal-hal negatif yang selama ini mengikat hidupku sehingga hidupku tidak pernah menghasilkan buah yang memberkati banyak orang. Gantilah semua dengan pengampunan, kerendahan hati dan hal-hal positif lainnya sehingga damai sejahtera-Mu tinggal dalam diriku. Amin. (Dod).