Listen

Description

"Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal budi. Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh. Aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku melihatnya dan menarik suatu pelajaran. "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring," maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata. (Amsal 24:30-34)

Renungan:

  Ada dua orang pemuda yang sama-sama bekerja sebagai supir angkot, tetapi kehidupan mereka sungguh berbeda. Si Wili sekarang sudah memunyai rumah di kampung halamannya bahkan bisa membuka usaha sendiri yang pengelolaannya diserahkan kepada  orang yang dapat dipercayainya. Tetapi si Jay hidupnya sengsara dan sekarang masih mengikuti orang tuanya yang sudah lanjut usia, yang tinggal di rumah kontrakan kecil. Mereka sama-sama mendapat jatah untuk menarik angkot hanya sekitar 7 jam per harinya dan 7 jam berikutnya untuk supir yang lain. Wili menarik angkot dengan tekun serta memanfaatkan waktu 7 jam itu dengan sebaik-baiknya. Setelah dikurangi uang setoran, maka uang yang sisa ia gunakan untuk makan dan membeli barang-barang keperluan sehari-hari, lalu sebagian lagi ditabung. Sedang Jay tidak memanfaatkan waktu 7 jam itu dengan baik. Dengan alasan capek, ia sering tidak bekerja dan kalau bekerja pun sering terlambat. Kalau sudah demikian, ia mengendarai angkotnya dengan serampangan. Tidak jarang polisi memberi surat tilang kepadanya. Jangankan untuk menabung, untuk membayar uang setoran pun tidak jarang ia berhutang dulu pada teman-temannya. Perbedaan sikap hidup inilah yang membedakan hasil yang dicapai. 

  Untuk menggambarkan sebuah ketekunan, sangat tepat untuk melihat binatang lebah. Untuk menghasilkan setengah kilo gram madu, lebah harus mengunjungi lebih kurang 56.000 pucuk bunga. Untuk menghasilkan satu sendok makan madu, lebah kecil melakukan lebih kurang 4.200 perjalanan ke bunga-bunga. 

  Seringkali orang menyalahkan Tuhan karena penderitaan dan kegagalan yang mereka alami. Mereka pikir Tuhan tidak adil. Mereka menjadi marah-marah kepada Tuhan dan timbul iri hati terhadap sesama. Kalau sudah begitu, timbullah niat hati yang tidak baik, yaitu menghalalkan segala cara untuk memeroleh keberhasilan. Memang ada juga penderitaan dan kegagalan yang Tuhan izinkan, tetapi orang yang sungguh-sungguh mau hidup bertekun akan melewati penderitaan dan kegagalan itu dengan baik. Parahnya kalau orang tidak mau menyadari bahwa penderitaan dan kegagalan yang dialaminya adalah akibat ketidaktekunannya. Oleh sebab itu jika saat ini kita belum berhasil, tetaplah bertekun dalam usaha kita. Apapun bidang usaha kita, jika kita tekun berusaha dan tetap bersandar pada Tuhan, maka kita akan siap menuai hasil yang memuaskan. Pergunakanlah waktu yang Tuhan berikan untuk tekun dan berusaha. Jangan biarkan kemalasan serta iri hati menguasai hidup kita. Tuhan Yesus memberkati.

Doa:

Tuhan Yesus, mampukan aku untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, sehingga hidupku berhasil dan nama-Mu dimuliakan. Amin. (Dod).