Listen

Description

"Dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat." (1 Petrus 3:9)  

Renungan:

  Suatu ketika ada seorang ibu muda menceritakan masalahnya. Waktu ia masih SMA ia mengalami hamil di luar nikah 2 kali dengan pria teman sekolahnya yang sama. Pria tersebut tidak pernah mau bertanggung jawab sampai sekarang. Ibunya tidak mau menerima cucu pertamanya, maka ketika cucu pertamanya yang adalah laki-laki lahir, langsung ditaruh di panti asuhan. Kemudian cucu kedua lahir, yaitu perempuan. Ibunya mau menerimanya. Setelah cucu lelakinya yang di panti asuhahan menginjak umur 11 tahun, pengurus panti kewalahan karena anak tersebut suka mencuri dan pemberontak. Akhirnya anak tersebut dibawa pulang. Di rumah anak tersebut selalu membuat ulah sehingga setiap hari terjadi pertengkaran antara Oma, mama dan cucu. Si Oma menyalahkan anak perempuannya dan cucunya, anak perempuannya menyalahkan mama dan anak lelakinya, sehingga tidak ada damai di rumah karena masing-masing saling menyakiti satu dengan lainnya.

  Orang-orang terdekat kita adalah orang yang memiliki potensi besar untuk menyakiti. Merekalah yang banyak kali mendamparkan kita ke lembah kedukaan, membuat pelangi hidup kita menjadi awan mendung, sebagaimana Absalom dalam hidup Daud, Hofni dan Pinehas dalam hidup Imam Eli, Penina dalam kehidupan Hana dan istri Ayub. Kita tidak dapat memilih apa yang akan kita alami dalam hidup, namun yang pasti Tuhan selalu memperhadapkan kita pada pilihan. Dan pilihan yang harus kita ambil nyata dalam pengajaran Yesus, "Ampunilah kami...seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami." Pilihan yang benar akan mengarahkan kita pada sikap yang benar, yang akan menentukan berkat yang akan kita terima. Bagaimana jika Yusuf, Daud, Hana dan Yakub mengambil pilihan salah dalam menyikapi luka hati mereka? Yusuf tidak akan mengukir sejarah di dalam membawa bangsanya keluar dari bencana kelaparan. Daud tidak akan menjadi sahabat Tuhan dan Ayub tidak akan menerima berkat dua kali lipat. Janji-janji berkat-Nya hanya diberikan bagi mereka yang memilih untuk melepaskan pengampunan. 

  Ada sebuah pernyataan yang mengatakan, "Setiap hari adalah peluang untuk mengakhirinya dengan kebahagiaan." Ketika memutuskan untuk mengasihi daripada membenci, mengampuni daripada sakit hati, bersukacita daripada memendam kemarahan, di situlah kita belajar menutup hari-hari dengan kebahagiaan dan mengubah setiap luka hati menjadi berkat. Bukanlah hal mudah untuk melakukannya, namun sebuah pilihan harus tetap diambil. Menyimpan luka hati tidak akan mengubah apa yang telah terjadi, namun dengan melepaskan pengampunan maka kita dapat mengubah masa depan. Tentukanlah pilihan yang benar, dan nikmatilah berkat-Nya. Tuhan Yesus memberkati.

Doa:

Tuhan Yesus, ajarilah dan mampukan aku untuk tidak menjalani hidup dalam kepahitan yang hanya akan memperlambat langkahku dalam memasuki rencana-Mu. Amin. (Dod).