"Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya." (Yakobus 1:17-18)
Renungan:
Sebait syair lagu berbunyi demikian, "Kurindu setiap waktu, hidupi kebenaran-Mu. Bukan dengan kuatku, namun kar'na Roh-Mu. Yesus Kau yang kupegang teguh." Di sini terlihat keinginan si pengarang supaya dirinya dan orang-orang yang menyanyikan lagunya menjadi pengikut Yesus yang hidup berdasarkan firman Tuhan setiap waktu. Ada lagi refrein sebuah lagu yang berbunyi, "Inilah yang kurenungkan setiap waktu, nyanyian pujian dan pengagungan kepada-Mu. Biarlah manis Kau dengar Tuhan, manis Kau dengar Tuhan dan hatiku bersuka kar'na-Mu." Di sini kita melihat komitmen si pengarang untuk memuji Tuhan setiap waktu. Tentu sangat baik ketika puji-pujian itu menjadi kenyataan di dalam hidup setiap pengikut Yesus, karena itu akan membuatnya dekat dengan Tuhan dan menikmati indahnya kedekatan itu.
Hana adalah salah satu di antara sekian banyak tokoh Alkitab yang memiliki kedekatan dengan Tuhan. Kedekatan itu ditunjukkan dalam bentuk ibadah. Paling tidak ada 3 hal yang bisa dijadikan teladan berkaitan dengan ibadahnya Hana, yaitu:
1. Hana beribadah siang malam. Hana memang tidak memiliki pekerjaan sekuler sehingga dia bisa mengabdikan diri sepenuhnya pada kegiatan ibadah. Tetapi prinsip "siang malam" sebenarnya adalah kesiapan dan kesediaan seseorang untuk terus berada dekat dengan Tuhan setiap waktu. Setiap pengikut Yesus seharusnya memiliki prinsip ini di dalam hidupnya.
2. Hana beribadah dalam bentuk puasa. Puasa adalah hal yang sangat umum dilakukan oleh orang Yahudi. Hana pun melakukannya untuk lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Demikian juga seharusnya kita sebagai pengikut Yesus, kita harus sungguh-sungguh merendahkan diri di hadapan Tuhan, mengakui akan kelemahan kita dan kehebatan Tuhan.
3. Hana beribadah dalam bentuk doa. Hana bukan hanya memerhatikan jam-jam doa sebagaimana orang Yahudi pada umumnya, tetapi dia mau menyangkal diri dan hidup di dalam doa setiap waktu. Teladan Hana ini sejalan dengan nasihat Rasul Paulus di dalam 1 Tesalonika 5:17, "Tetaplah berdoa." Artinya tentu saja tidak setiap waktu kita melipat tangan, menutup mata dan berdoa, tetapi hidup yang dipenuhi komunikasi dengan Tuhan setiap saat.
Jika kita meneladan Hana, itu bukan berarti kita harus meninggalkan pekerjaan dan aktivitas lainnya, tetapi dalam setiap pekerjaan dan aktivitas kita, kita harus terbuka untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Tuhan tetap yang nomor satu dalam segala hal. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, penuhilah aku dengan Roh doa-Mu, sehingga setiap saat hatiku selalu terbuka untuk berkomunikasi dengan-Mu. Amin. (Dod).