"Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku." (Amsal 30:8-9)
Renungan:
Ada seorang raja yang merasa tidak bahagia di dalam hidupnya. Kemudian seseorang mengatakan kepadanya bahwa ia akan menemukan kebahagiaan dengan mengenakan Jas milik seseorang yang benar-benar merasa bahagia. Maka raja itu pun segera memulai pencariannya. Ia mengetuk pintu seseorang yang sangat kaya, karena menurutnya orang itu pasti bahagia. Namun usahanya gagal. Ia mengunjungi sekolah-sekolah tinggi dengan anggapan bahwa orang-orang terpelajar yang ada di sana pasti merasa bahagia karena kepintaran atau hikmat mereka. Tetapi kali ini ia pun tidak berhasil. Akhirnya seorang buruh pabrik melintas di depannya sambil bernyanyi-bernyanyi sekaligus melakukan pekerjaannya. Raja pun berpikir dalam hatinya, "Ia pasti orang yang berbahagia." Lalu raja berkata kepadanya, "Juallah jasmu kepadaku dan aku akan memberimu satu tas penuh emas." Tetapi buruh pabrik itu hanya tertawa dan berkata, "Aku sangat senang memberikan jas itu tuan, tapi masalahnya aku tidak memunyai jas."
Cerita di atas mengajarkan sebuah kebenaran penting, yaitu memiliki kekayaan tidaklah sama dengan memiliki kebahagiaan. Juga tidak berarti bahwa orang yang kaya harus menjadi miskin terlebih dahulu agar dapat menikmati kebahagiaan. Kebahagiaan bisa dinikmati oleh orang kaya dan orang miskin. Ada satu kebenaran di dalam doa yang dipanjatkan oleh Raja Salomo dalam bacaan di atas, "Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku.
Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku."
Mungkin kita pernah berpikir bahwa orang kaya atau mereka yang sukses dan memiliki segalanya adalah orang yang merasa paling bahagia. Tetapi kenyataannya tidaklah selalu demikian. Ada orang-orang kaya yang mati dalam ketidakbahagiaan sekalipun mereka memiliki segalanya. Atau kita berpikir karena orang miskin itu hidupnya lebih sederhana, maka mereka tidak akan dipusingkan dengan berbagai hal. Namun banyak juga orang miskin yang sangat tidak bahagia dan mereka selalu merindukan untuk menjadi orang kaya. Lalu di manakah kita akan menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya? Bukan dengan menjadi orang kaya atau menjadi orang miskin. Kebahagiaan sesungguhnya terletak pada hati yang merasa puas dan selalu bersyukur atas karunia Tuhan dan berkat-berkat yang Ia percayakan kepada kita. Sebanyak apapun Tuhan memberkati kita, tetapi jika tidak ada rasa puas dan ucapan syukur di dalam hati kita, maka kebahagiaan itu akan tetap menjauh dari hidup kita. Belajarlah merasa puas dan bersyukur atas keberadaan kita. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, ampuni aku karena aku masih sering tidak merasa puas atas keberadaan diriku dan atas berkat-berkat yang telah Kau berikan padaku. Ubahlah aku agar aku dapat menjadi pribadi yang senantiasa selalu bersyukur atas setiap berkat yang kuterima dari-Mu. Amin. (Dod).