Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya." (1 Yoh 4:20-21)
Renungan:
Seorang wanita buta berdiri di depan pria yang berlutut di kakinya, menangis memohon pengampunannya. Pria itulah yang menyebabkan kebutaan dan kerusakan di wajahnya. Seorang dokter sedang menanti jawaban wanita itu dalam melaksanakan perintah persidangan untuk meneteskan larutan acid ke mata pria itu sebagai hukuman setimpal. Di menit terakhir wanita itu berseru, "Saya mengampuninya." Dia meminta dokter melepaskannya dari hukuman itu dan mengampuni pria yang mengalami kebencian ketika cintanya ditolak olehnya. Wanita tersebut mengalami luka fisik dan hati, serta masa depan yang hancur karena pria itu, namun ia mampu mengampuninya.
Ketika kita mendapati kesalahan, kemudian menyimpannya di hati, di situlah timbul kebencian. Kebencian membekukan kasih, namun kasih meluluhkannya. Kebencian membuat seseorang menjadi pembunuh, namun kasih memampukan seseorang mengorbankan nyawa. Akibat kebencian, Kristus tersalib. Sebaliknya karena kasih, Kristus memberi diri di salib. Kebencian melahirkan teriakan, "Salibkan Dia!" Namun kasih melahirkan doa, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."
Jadi, apa yang dapat dilakukan untuk membuat kita mempraktekkan konsep kasih salib Kristus dalam kekristenan? Salomo mengajarkan, kasih menutupi pelanggaran. Paulus mendefinisikan kasih tidak menyimpan kesalahan orang lain. Yesus memberi teladan kasih dengan melepaskan pengampunan. Apabila kita terus menerus melepaskan pengampunan bagi orang yang selalu menyakiti kita, maka kita akan sampai pada kondisi di mana kita tidak lagi merasa terluka ketika disakiti. Inilah yang ibu Teresa alami dan ia memberi pernyataan, "Telah kutemukan kontradiksi, yaitu jika saya belajar mengasihi hingga menyakitkan, ternyata kemudian saya tidak lagi merasa terluka, yang ada hanyalah kasih yang berlimpah. Bagaimana dengan kita? Mari, milikilah kasih yang mampu membalut dalamnya luka hati. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, sebagaimana Engkau telah mengampuni aku, mampukan juga aku untuk memiliki hati yang mau mengampuni sebagai wujud kasihku kepada-Mu. Amin. (Dod).