"Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama." (Roma 2:1)
Renungan:
Seorang pengusaha muda pulang malam dan mobilnya mogok di depan rumah seorang janda. Ia terpaksa pulang ke rumah berjalan kaki dan mobilnya ditinggalkannya di depan rumah janda itu. Ada seorang wanita tukang gosip yang kebetulan melihat mobil pengusaha tersebut di depan rumah janda itu. Ia pun mulai membuat gosip ke mana-mana bahwa pengusaha muda itu telah bermalam di rumah janda tersebut. Mendengar gosip tersebut, pengusaha muda itu menjadi sangat marah dan ingin sekali untuk memberi pelajaran bagi wanita tukang gosip itu. Maka pada malam berikutnya diparkirnyalah mobilnya di tepi jalan di depan rumah wanita tukang gosip itu. Untuk beberapa lama si wanita tukang gosip itu menghilang dari lingkungan itu.
Suatu hari Yesus diundang oleh Matius si pemungut cukai yang dipandang sebagai orang berdosa. Di rumah Matius inilah Yesus makan bersama dengan pemungut cukai lainnya dan orang-orang berdosa. Melihat pemandangan ini, orang-orang Farisi langsung tergelitik mata dan hatinya untuk menghakimi Yesus dan murid-murid-Nya. Mereka sudah terbiasa melihat serta menilai sesuatu dari sisi buruknya, bahkan terkesan selalu mencari-cari kesalahan orang lain. Mereka tidak dapat melihat sisi positif dari apa yang Yesus lakukan saat itu. Kebiasaan menilai orang dan segala sesuatu dari sisi buruknya, sudah menjadi tabiat manusia berdosa. Agak sulit bagi kita untuk bisa melihat dan mengabadikan kebaikan seseorang di dalam hati kita, akan tetapi begitu mudah menemukan kesalahannya serta menyimpannya di dalam ingatan.
Marilah kita belajar untuk tidak menjadi juri sekaligus hakim bagi sesama kita, karena kita pun tidak luput dari kesalahan. Saat kita mulai menghakimi orang lain, maka aura negatif kita akan menyebar sehingga orang lain pun satu persatu akan mulai menghakimi dan menjadi juri atas kita. Sekali kita mengembangkan kebiasaan melihat yang buruk dalam diri sesama, maka kita akan terus melakukannya dan mata kita akan semakin tertutup untuk hal-hal baik yang sebenarnya dimiliki sesama. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, ubahlah cara penilaianku terhadap orang lain. Jangan biarkan aku menjadi hakim dan juri atas kekurangan mereka karena aku sendiripun punya banyak kekurangan. Biarlah aku menjadi pendoa atas setiap orang yang kukenal yang memiliki kekurangan, agar hidup mereka dan hidupku bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Amin. (Dod).