"Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran! Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan. Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." (Yakobus 3:14-16)
Renungan:
Ada sebuah drama Natal yang menceritakan Yesus membagi-bagikan burger. Orang pertama yang diberi oleh Yesus adalah Halim, ia mendapat beef burger yang biasa. Ia sangat senang karena ia mendapatkan yang pertama. Lalu Yesus membagikan cheese burger kepada seorang yaang bernama Widjaya, reaksi Widjaya pun tidak kalah dari Halim, ia sangat kegirangan saat mendapatkan cheese burger. Seketika itu juga wajah Halim terlihat cemberut. Lalu Yesus memberikan double beef burger kepada Babas. Babas melompat kegirangan. Saat itu ekspresi Halim semakin terlihat kesal. Tidak lama setelah itu Yesus memberi bonus tambahan kepada Widjaya, sehingga ia mendapat triple cheese burger. Kegembiraan Widjaya pun tidak bisa ditahan. Wajahnya terlihat senang dan puas atas pemberian Yesus. Namun di sisi lain, Halim yang melihat semua kejadian itu menjadi kesal kepada Yesus. Akhirnya ia pun protes kepada Yesus, "Yesus, kenapa punya mereka lebih baik, bahkan lebih banyak daripada aku!" Yesus menjawab, "Halim, mereka mendapatkan yang terbaik, begitu juga dengan kamu, kamu juga mendapatkan yang terbaik. Selama kamu hanya fokus kepada burger itu, kamu tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang Aku berikan." Mendengar hal itu, Halim pun tetap merasa tidak puas atas jawaban Yesus. Drama pun berakhir dengan cerita yang menggantung.
Seringkali kita berlaku seperti Halim dalam drama itu. Kita iri dengan berkat orang lain, bahkan ada beberapa orang yang selalu iri melihat berkat yang Tuhan berikan kepada sesama kita. Drama di atas mengajarkan kepada kita, bahwa yang terpenting itu bukan pada burgernya tetapi kepada pemberi burger itu. Namun kenyataannya, kita selalu terfokus kepada berkat, bahkan kita selalu berdoa yang isinya hanya penuh dengan permintaan. Memang tidak ada yang salah dengan meminta kepada Tuhan, tetapi lebih daripada itu, seharusnya fokus kita bukan kepada permintaan kita, tetapi fokus kita seharusnya kepada Tuhan, sebagai pemberi berkat itu sendiri.
Saat kita lebih mengenal Yesus sang pemberi berkat, maka kita akan selalu puas atas yang diberikan-Nya untuk kita, karena Bapa di surga selalu memberikan yang terbaik untuk kita anak-anak-Nya. Tentu kita juga harus berusaha memberikan yang terbaik dalam segala hal, termasuk pekerjaan kita. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih atas berkat-berkat yang Engkau berikan kepadaku. Ajarilah aku untuk selalu fokus hanya kepada-Mu saja. Amin. (Dod).