Listen

Description

"Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang." (Wahyu 3:17)

Renungan:

  Ada sebuah cerita tentang seorang ayah yang berasal dari keluarga kaya. Hari itu ia mengajak salah satu anaknya untuk mengunjungi sebuah desa kecil dengan maksud menunjukkan kepada anaknya bagaimana kehidupan orang miskin. Mereka memilih untuk menginap pada satu keluarga miskin yang tinggal di perkebunan. Keesokan harinya di dalam perjalanan pulang, sang ayah bertanya kepada anaknya, "Apakah kau menikmati perjalanan kita?" "Tentu, Ayah," jawab anaknya. "Apakah engkau sudah memerhatikan betapa berbedanya kehidupan kita dengan kehidupan keluarga tadi?" tanya ayahnya. "Ya, Ayah. Kehidupan kita dan kehidupan mereka sangat jauh berbeda. Di rumah, kita hanya memiliki seekor anjing, sedangkan mereka memiliki 5 ekor anjing pemberani. Kita memiliki satu kolam renang berukuran 5x8 meter, tetapi mereka memiliki sungai kecil yang tiada ujungnya. Kita memiliki taman beberapa meter, tetapi mereka memiliki seluruh kaki langit. Di rumah dan taman kita terdapat lampu-lampu impor yang sangat mahal, tetapi mereka memiliki bulan dan bintang," kata anaknya. Sang ayah terdiam sambil menunduk. Anaknya kembali berkata, "Terima kasih Ayah. Ayah telah menunjukkan kepadaku betapa miskinnya kita."

  Cerita di atas merupakan gambaran bahwa seringkali penilaian kita terhadap diri sendiri bisa salah sama sekali. Kita cenderung menilai segala sesuatu dari sudut pandang diri kita sendiri, berfokus pada kekurangan sesama dan mengesampingkan kekurangan-kekurangan kita. Tetapi bila Allah yang menilai, maka Ia akan menilai sebagaimana keberadaan kita yang sesungguhnya. Dia tidak buta terhadap dosa dan pelanggaran yang kita buat, tetapi Dia juga tidak buta terhadap kebaikan dan ketaatan kita. Buta terhadap keberadaan diri sendiri membuat kita sulit mengubah diri karena kita menganggap tidak ada yang perlu diubah dan yang harus diubah adalah orang lain. Hal ini sama halnya dengan menganggap diri kita kaya tetapi sesungguhnya kita jauh lebih miskin daripada orang-orang yang kita anggap miskin. 

  Marilah kita menyelidiki keberadaan kita dengan jujur, mungkin saja kita akan menemukan banyak kekurangan di sana-sini. Jangan sampai Yesus mengecam kita sebagaimana Ia mengecam orang-orang Farisi yang tidak menyadari keberadaan mereka yang sesungguhnya. Tuhan Yesus memberkati. 

Doa:

Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau telah mengingatkan aku bahwa aku bukanlah manusia sempurna. Aku perlu tuntunan dan hikmat-Mu, agar aku tidak menganggap diriku kaya, padahal aku sangat miskin secara rohani dan karakter di hadapan-Mu. Amin. (Dod).