Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN; kemudian pulanglah mereka ke rumahnya di Rama. Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat kepadanya. Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: "Aku telah memintanya dari pada TUHAN." (1 Samuel 1:19-20)
Renungan:
Suatu ketika ada pertunjukkan pantomim yang menceritakan tentang seseorang yang menyerahkan hatinya kepada manusia, namun akhirnya hati itu dicampakkan dan hancur berkeping-keping. Dengan isak tangis, orang yang hatinya telah hancur berkeping-keping itu, memunguti satu persatu kepingan hatinya. Kini ia tidak lagi menyerahkan hati itu kepada manusia, melainkan kepada Tuhan. Ia mengangkat hatinya yang sudah hancur berkeping-keping dan tangan Tuhan menerima kepingan-kepingan itu. Dengan penuh kasih, Tuhan menyusunnya kembali menjadi hati yang utuh. Manusia hanya bisa menghancurkan hati kita, namun Tuhan memulihkannya ketika kita menyerahkan kepingan hati kita kepada-Nya.
Awalnya hati Hana hancur dan tertekan sehingga ia menangis dan tidak mau makan. Tetapi setelah berdoa dan mendapatkan jawaban dari Tuhan melalui Imam Eli, ia tidak lagi bersedih hati, sekalipun apa yang dimintanya belum terlihat di depan mata. Di sini kita melihat 2 kebenaran penting. Pertama, terlepas dari apakah doa kita akan dikabulkan atau tidak, yang jelas ketika kita berdoa, Tuhan melakukan sesuatu. Ia memulihkan hati dan menghibur kita. Kedua, ketika kita berdoa, kita harus benar-benar menyerahkan beban kita kepada Tuhan serta memercayainya. Tidak sedikit orang yang setelah menyerahkan bebannya kepada Tuhan dalam doa, kemudian bersedih lagi dan memikul lagi bebannya yang sudah diserahkan kepada Tuhan. Dalam 1 Petrus 5:7 dikatakan 'serahkanlah' dan bukan titipkanlah. Jawaban doa Hana merupakan bukti bahwa Tuhan tidak pernah lupa akan doa-doa kita. Doa yang dipanjatkan dengan ketekunan dan kesungguhan hati akan menggugah hati Tuhan dan membuat Ia bertindak.
Melalui kehidupan Hana kita belajar bahwa setiap penderitaan yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita, pasti ada hikmahnya. Hana menanggung penderitaan batin karena tidak punya anak selama bertahun-tahun, namun penderitaan itu telah mendorongnya untuk melekat pada Tuhan. Sebuah kata bijak mengatakan, "Sukacita ketika mendapatkan sesuatu dengan cara yang mudah, akan sangat berbeda dengan sukacita ketika mendapatkan sesuatu dengan cara yang sukar dan penuh perjuangan." Teruslah berdoa sambil menyerahkan setiap pergumulan kita pada-Nya, karena Tuhan pasti mengingat dan menjawab setiap seruan doa yang kita panjafkan kepada-Nya. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, aku bersyukur karena Engkau adalah Allah yang peduli terhadap penderitaan anak-anak-Mu. Ajarilah aku untuk setia sampai aku menerima jawaban atas doaku. Amin. (Dod).